Orang-orang di Cot Jeumpa mencegat mobil yang membawa Mr. Soenarjo.

Ulama NU ke Lamsujen dan Kuburan Massal di Cot Jeumpa

Mr. Soenarjo dan rombongan saat meninjau kuburan massal di Desa Cot Jeumpa | Sumber: S. M. Amin dalam "Di Sekitar Peristiwa Berdarah di Atjeh" (1956)

PINTOE.CO - Jam delapan pagi 18 Maret 1955, Menteri Dalam Negeri Mr. Soenarjo tiba di Aceh. Ia ditugaskan untuk meninjau keadaan di Leupung serta beberapa lokasi pembunuhan massal lainnya yang terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret 1955.

Menurut berita-berita yang telah pecah ke publik, tentara dari Batalion 142 membunuh lebih seratus penduduk di beberapa kampung. Koran-koran memberitakan bahwa mereka yang ditembak mati adalah petani dan nelayan. Sementara militer dan pemerintah mengatakan hal sebaliknya: yang ditembak mati adalah gerombolan pemberontak DI/TII Aceh, bukan sipil.

Dalam konferensi pers di Kutaraja, Mr. Soenarjo belum bisa menjelaskan versi mana yang benar sebab penyelidikan baru akan dimulai. Namun, Mr. Soenarjo ke Aceh bukan hanya untuk menyelidiki kasus tersebut. Ia juga ingin mengecek keadaan irigasi rakyat.

Menjelang tengah hari, Mr. Soenarjo bersama rombongan tiba di Lamsujen, sebuah desa di Kecamatan Lhoong. Mereka disambut camat, polisi, tentara, para kepala mukim, dan masyarakat setempat. Setelah beristirahat selama 25 menit, Mr. Soenarjo meninjau keadaan irigasi di Lamsujen (Arsip DPKA, nomor: AC01-230/13-230.1).

Tiba-tiba, seorang warga menerobos pengawalan ketat polisi dan tentara dan langsung mendekati Mr. Soenarjo. Laki-laki itu menyerahkan dua pucuk surat. Mr. Soenarjo menerima dengan baik, tetapi tak langsung membacanya karena harus berangkat ke kampung lain.

Setibanya di Cot Jeumpa, mobil yang membawa Mr. Soenarjo terpaksa berhenti. Sekerumuman orang mencegat di tengah jalan. Sebagian besar adalah kaum perempuan yang suami, ayah, dan anak-anaknya dibunuh pada 26 Februari 1955.  Mereka meminta Mr. Soenarjo turun dari mobil.

Mr. Soenarjo turun dari mobil seraya memerintahkan polisi serta tentara yang mengawalnya untuk tak mengasari para pencegat. Sikap warga Cot Jeumpa juga baik. Mereka mengajak Mr. Soenarjo jalan kaki sejauh tiga kilometer ke kuburan massal yang terletak di pinggir laut. Ketika sampai di lokasi, Mr. Soenarjo melihat sebuah kuburan seluas kurang lebih 5x6 meter. Di situ terkubur 25 orang yang ditembak mati usai disuruh memetik buah kelapa.

Doa bersama kepada para almarhum dipimpin oleh Mr. Soenarjo. Tokoh Nahdlatul Ulama ini kemudian mengutarakan rasa dukanya di hadapan warga Cot Jeumpa yang sebagian besar tak mengerti bahasa Indonesia. Nasihat-nasihat yang diutarakan Mr. Soenarjo diterjemahkan ke bahasa Aceh oleh M. S. Rahmany. Usai berziarah, Mr. Soenarjo pamit kepada warga sebab harus kembali ke Kutaraja.

Tanggal 20 Maret 1955, Mr. Soenarjo meninggalkan Aceh dengan berlembar-lembar catatan. Para awak media yang menunggunya di Jakarta menanyakan hasil penyelidikan di Aceh.[]

sejarahaceh pembantaian1955 tragedicotjeumpa ditiiaceh radehsoenarjo