Di Aceh Bukan 17 Agustus 1946, tetapi 17 Januari 1946
Orang Aceh langsung merayakan hari kemerdekaan Indonesia di bulan Januari.
Anak-anak ikut pawai perayaan lima bulan kemerdekaan Indonesia di Banda Aceh (17 Januari 1946) | Sumber: Teuku Alibasjah Talsya
Bagi rakyat Aceh yang tengah mabuk cinta dengan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1946 terlalu lama untuk ditunggu. Mereka ingin menggelar acara peringatan kemerdekaan Indonesia lebih awal.
Di Aceh, perayaan hari kemerdekaan Indonesia yang pertama berlangsung pada 17 Januari 1946, bukan 17 Agustus 1946. Indonesia baru merdeka lima bulan, rakyat Aceh langsung bikin upacara, pawai, dan lomba-lomba. Panitia penyelenggara kegiatan-kegiatan ini dibentuk sampai ke tingkat kampung.
Di Banda Aceh, sekitar 45.000 orang membentuk barisan sepanjang dua kilometer. Mereka berpawai keliling kota. Semuanya membawa spanduk bertuliskan slogan kelompok masing-masing. Kelompok laskar Aceh menampilkan slogan “Merdeka atau Syahid”, sedangkan orang-orang Tionghoa mengusung semboyan “Pemoeda Indonesia dan Tionghoa telah bersatoe”. Pawai seperti ini berlangsung di seluruh Aceh, kecuali di Kuala Simpang, Aceh Timur.
Dalam buku Batu Karang di Tengah Lautan (1990), Teuku Alibasjah Talsya mencatat bahwa hingga 17 Januari 1946 tentara Jepang masih menduduki Kuala Simpang. Mereka melarang penduduk di kota ini merayakan lima bulan kemerdekaan Indonesia, baik dengan menggelar diskusi maupun pawai. Haji Boerhan Djamil, tokoh Kuala Simpang yang memimpin persiapan acara 17 Januari, ditangkap tentara Jepang.
Pada bulan berikutnya, 17 Februari 1946, perayaan “ulang bulan” kemerdekaan Indonesia kembali digelar di seluruh Aceh. Sejak jam tujuh pagi, rakyat bersama prajurit angkatan bersenjata berkumpul di daerah masing-masing. Parade militer mengawali acara peringatan "genap setengah tahun usia kemerdekaan Indonesia di Aceh".
“Tua, muda, dan anak-anak ikut serta dalam pesta kemerdekaan yang meriah ini,” catat Teuku Alibasjah Talsya.
Serbaneka perlombaan pun digelar. Di Krueng Aceh, sejak sehari sebelumnya sudah diselenggarakan lomba dayung sampan. Perlombaan ini berlangsung dari jam 2 siang sampai pukul 5 sore. Lalu, pada malam harinya digelar pawai obor di Taman Sari Banda Aceh.
Menjelang sore, jalanan-jalanan di Aceh dimeriahkan pawai kendaraan. Ada mobil sedan, sepeda motor, gerobak, delman, sampai sepeda. Semuanya dihias dengan macam-macam warna dan bentuk. Jam lima sore, di lapangan-lapangan berlangsung pertandingan sepak bola.
Suasana kian meriah karena bioskop-bioskop di Aceh memutar film-film terbaru. Para pengunjung tak perlu beli karcis. Khusus hari itu, mereka boleh nonton film gratis.
Pawai militer di Banda Aceh menyambut enam bulan kemerdekaan Indonesia (17 Januari 1946)[]