Lembu Jawa Lebih Pintar daripada Lembu Aceh
Kata Radjab, kebanyakan orang Indonesia kelakuannya sama seperti kambing dan ayam di Aceh.
Tidur bersama rencong | Ilustrasi
PINTOE.CO - Muhamad Radjab adalah tokoh pers Indonesia yang terkenal dengan buku Tjatatan di Sumatera. Di buku yang terbit tahun 1958 itu, Radjab menceritakan pengalaman pertamanya berkunjung ke Aceh.
Radjab bersama tiga kawannya tiba di Aceh pada 29 Juni 1947. Selama jalan-jalan di Aceh, ia melihat macam-macam hal menarik. Mulai dari pemandangan alam, kebiasaan orang kampung, gadis-gadis, hingga kelakuan binatang.
Suasana jalanan Aceh waktu itu cukup sepi. Mobil cuma terlihat sesekali. Tidak ramai orang di sepanjang jalan. Yang banyak justru binatang ternak seperti kambing, kuda, bebek, ayam, lembu. Berkali-kali mobil yang dinaiki Radjab terhalangi lajunya oleh kawanan lembu yang lagi leha-leha di tengah jalan.
Radjab rupanya memperhatikan betul kelakuan aneh lembu-lembu di Aceh. Dengan maksud melucu, ia kemudian membandingkan kelakuan lembu yang dilihatnya di Jawa dengan yang ada di Aceh.
Lembu Aceh tampak kurang “wawasan”. Ketika ada mobil mendekat, mereka tak pindah ke tepi jalan untuk menghindari tabrakan. Waktu ada suara klakson, lembu-lembu Jawa lekas lari, tetapi lembu-lembu Aceh tetap santai di atas jalan.
“Binatang ternak di Jawa dan daerah yang agak ramai di Sumatra, tahu dengan instingnya bahwa jalan itu berbahaya. Bilamana ada kendaraan lewat, ternak itu lekas lari ke pinggir. Di Aceh tidak begitu,” tulis Radjab.
Lembu Aceh baru mau menyingkir setelah ditakut-takuti dengan teriakan “hus!” serta suara pukulan dinding mobil. Menurut Radjab, lembu Aceh bersikap begitu karena jarang melihat kendaraan bermotor. Beda dengan lembu di kota-kota besar.
Bukan cuma lembu, ternak berukuran kecil juga sama bodohnya. Dalam perjalanan pulang dari Sigli ke Bireuen, mobil rombongan Radjab sempat menggilas ayam dan kambing. Hewan-hewan ini mulanya berdiri di pinggir jalan. Namun ketika terkejut melihat mobil mendekat, mereka malah lari ketakutan ke seberang jalan sehingga terlindas ban.
Radjab menarik satu pelajaran dari kejadian itu. Katanya, kebanyakan rakyat Indonesia sama kelakuannya seperti kambing dan ayam di Aceh. Banyak orang tidak menghadapi ancaman dengan pikiran jernih sehingga bisa mengambil tindakan yang tepat. Alih-alih menjauh dari bahaya, banyak orang karena kebodohannya justru lari ke arah bahaya sehingga jatuh, terkilir, patah kaki, atau mati terinjak kerumunan yang panik.
“Pada saat itu, tidak ada bedanya jiwa manusia dengan kambing atau ayam yang saya ceritakan di atas. Cuma, manusia berbaju, ayam dan kambing tidak. Otaknya sama sekali tidak bekerja pada detik mereka takut dan lari itu,” cela Radjab.
Radjab kemudian menyampaikan sebuah nasihat: “Orang yang beriman, tenang, berpendidikan tinggi, tidak akan lari sebelum diketahuinya dari mana bahaya itu, bagaimana rupanya, dan bagaimana menjauhkan diri dari bahaya yang harus dielakkan. Pikirannya tetap jernih, hatinya tabah, dan dihadapinya semua itu dengan kepala dingin dan segala ketenangan”.[]