Pemerintah Israel mengumumkan bahwa mereka menunda pembebasan ratusan tahanan Palestina yang seharusnya dibebaskan pada Sabtu, 22 Februari 2025.

Hamas Kecam Israel Lantaran Tunda Pembebasan 620 Tahanan Palestina

Hamas berjaga pada hari penyerahan sandera kepada Komite ICRC sebagai kesepakatan pertukaran sandera-tahanan antara Hamas dan Israel, di Rafah di Jalur Gaza selatan, Sabtu (22/2/2025) I Foto: REUTERS/Hatem Khaled

PINTOE.CO - Hamas mengecam keputusan Israel menunda pembebasan 620 tahanan Palestina. Mereka menolak klaim Israel bahwa serah terima sandera dilakukan dengan cara yang "memalukan" dan menuduh Israel sengaja mencari alasan untuk menghindari kewajibannya dalam perjanjian gencatan senjata di Gaza.

"Keputusan Netanyahu mencerminkan upaya sengaja untuk mengganggu perjanjian, merupakan pelanggaran nyata terhadap ketentuannya, dan menunjukkan bahwa pendudukan tidak dapat dipercaya dalam melaksanakan kewajibannya," ujar anggota biro politik Hamas, Ezzat El Rashq, dalam sebuah pernyataan seperti dilaporkan Reuters.

Sebelumnya, Pemerintah Israel mengumumkan pada Minggu dini hari, 23 Februari 2025, bahwa mereka menunda pembebasan ratusan tahanan Palestina yang seharusnya dibebaskan pada Sabtu, 22 Februari 2025.

Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa Israel menunggu untuk membebaskan 620 tahanan Palestina tersebut hingga pembebasan sandera berikutnya dipastikan dan tanpa upacara yang "memalukan."

Hamas disebut menampilkan para sandera di atas panggung di depan kerumunan massa, bahkan beberapa dari mereka berbicara sebelum diserahkan. Selain itu, peti mati berisi jenazah sandera juga dibawa melewati kerumunan.

Menanggapi hal itu, El Rashq mengatakan bahwa serah terima sandera tidak dilakukan dengan cara yang merendahkan, tetapi menunjukkan perlakuan yang manusiawi dan bermartabat.

Dia menambahkan bahwa penghinaan yang sebenarnya terjadi justru pada tahanan Palestina yang mengalami perlakuan tidak layak selama proses pembebasan mereka. 

Sebagai contoh, El Rashq menyebut bagaimana tangan para tahanan Palestina diikat, mata mereka ditutup, dan mereka diancam agar tidak mengadakan perayaan setelah pembebasan oleh otoritas Israel.

Pengumuman Israel tersebut, yang juga menuduh Hamas berulang kali melanggar gencatan senjata yang telah berlangsung selama sebulan, datang setelah kelompok itu menyerahkan enam sandera pada Sabtu, 22 Februari 2025, sebagai bagian dari pertukaran tahanan yang diatur dalam perjanjian gencatan senjata.

Enam sandera yang dibebaskan pada Sabtu itu merupakan tawanan terakhir yang masih hidup yang diserahkan dalam tahap pertama perjanjian gencatan senjata, yakni Tal Shoham, Omer Shem-Tov, Eliya Cohen, Omer Wenkert, Avera Mengistu, dan Hisham al-Sayed.

Menurut perjanjian gencatan senjata tahap pertama, Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel, termasuk delapan jenazah sandera dan Israel akan membebaskan 1.100 tahanan Palestina.

Sejak perjanjian tersebut berlaku pada 19 Januari 2025, Hamas telah membebaskan 19 sandera Israel yang masih hidup dan empat jenazah sandera, yakni Kfir Bibas, Ariel Bibas, ibu mereka Shiri Bibas, dan Oded  Lifshitz. 

Sementara itu, jenazah empat sandera Israel berikutnya dijadwalkan akan diserahkan pekan depan.[]

 

Editor: Lia Dali

hamas israel gencatan senjata hamas-israel hamas vs israel