Selain hubungan Aceh-Ottoman, Mahfudz juga mendorong agar kisah sejarah lain dari Aceh bisa difilmkan.

Minta Film Aceh-Ottoman Standar Hollywood, GEKRAFS Aceh: Saatnya Sejarah Bicara ke Dunia

Makam Teungku Dibitay, ulama asal Turki di Banda Aceh | Foto: zonadamai.wordpress.com

PINTOE.CO – Ketua Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (GEKRAFS) Aceh, Mahfudz Y Loethan, mendukung rencana Menteri Kebudayaan Fadli Zon memproduksi film yang mengangkat kisah hubungan sejarah antara Kesultanan Aceh dengan Kekaisaran Ottoman yang kini menjadi Republik Turki sejak 1923.

Menurut Mahfudz, film ini nantinya tidak boleh diperlakukan sebagai proyek biasa. Ia menegaskan, kisah hubungan Aceh dan Ottoman adalah bagian penting dari sejarah Indonesia, yang pantas diperkenalkan kepada dunia dengan kualitas produksi terbaik, setara dengan film-film Hollywood.

“Kita tidak bicara tentang sejarah biasa. Kita bicara tentang peradaban besar yang pernah berdiri sejajar dengan kekuatan dunia. Film ini bukan sekadar film. Ini adalah upaya untuk memperkenalkan kembali Aceh sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia yang lebih besar,” tegas Mahfudz.

Menurut Mahfudz, film adalah medium paling efektif untuk menyampaikan warisan sejarah ke generasi masa depan sekaligus memperluas pengakuan dunia terhadap posisi Aceh dan Indonesia dalam catatan sejarah global.

“Film ini harus diproduksi dengan standar tertinggi, setara film-film internasional. Jika ingin dunia tahu siapa kita, maka karyanya juga harus berkelas dunia. Aceh adalah bagian dari Indonesia, dan kisah besar Aceh adalah kisah besar bangsa ini,” ujarnya.

Selain hubungan Aceh-Ottoman, Mahfudz juga mendorong agar kisah sejarah lain dari Aceh bisa difilmkan. Salah satunya adalah kisah Laksamana Keumalahayati, panglima perempuan pertama di dunia yang menjadi simbol kekuatan Aceh dan kebanggaan Indonesia.

Seperti diketahui, lembaga PBB Unesco dalam sidang di Paris pada 22 November 2023 lalu telah menetapkan hari kelahiran Laksamana Keumalahayati sebagai hari perayaan internasional.

“Keumalahayati adalah simbol ketangguhan Aceh dan Indonesia. Kisahnya layak diangkat ke layar lebar dan dikenalkan ke seluruh dunia. Kita punya banyak cerita luar biasa yang harus hidup dalam bentuk karya sinema,” tegasnya.

Mahfudz juga mengingatkan pentingnya persiapan matang untuk produksi film semacam ini, mulai dari riset sejarah, naskah, visualisasi, hingga distribusi global.

“Aceh adalah bagian dari Indonesia yang harus dibanggakan dunia. Film ini adalah kesempatan untuk memperkenalkan sejarah Indonesia yang besar ke panggung dunia. Dan itu tidak boleh setengah-setengah,” tutup Mahfudz. []

sejarahaceh filmacehturki gekrafs ottoman fadlizon