30 Mei dalam Sejarah: Belanda Gagal Adu Pemuda Aceh dengan Batak
Melalui siaran radio dan surat kabar, Belanda menyiarkan hoaks bahwa telah terjadi perselisihan besar antara pemuda Aceh dengan pemuda Batak.
Upacara pelepasan pemuda Aceh yang akan berangkat ke Pertempuran Medan Area
PINTOE.CO - Banyak pemuda Aceh dan Batak terbunuh dalam Pertempuran Medan Area yang meletus 13 Oktober 1945. Cipratan darah mereka tercampur dan terisap ke dalam tanah, menyisakan bekas merah di permukaan tanah yang nanti mungkin hilang dibersihkan air hujan. Di pertempuran itu, mereka berlari bersama, menembak bersama, bertahan bersama, dan mati bersama sebagai saudara.
Menghadapi kerja sama yang serap mesra antara pemuda Aceh dengan pemuda Batak, militer Belanda cukup kewalahan. Strategi mencerai-beraikan para pemuda itu dengan bom dan meriam gagal total. Akhirnya, pihak Belanda memakai satu cara licik yang sudah jadi tabiat aslinya, yakni melancarkan fitnah.
Melalui siaran radio dan surat kabar, Belanda menyiarkan hoaks bahwa telah terjadi perselisihan besar antara pemuda Aceh dengan pemuda Batak. Berita yang disiarkan secara terus-menerus itu bertujuan untuk memicu kebencian antara kedua pihak sehingga tercipta konflik etnik.
Melihat betapa bahayanya strategi adu domba itu, Presiden Sukarno segera turun tangan. Melalui Kontak Biro Medan Area di Pematang Siantar, Bung Karno menyampaikan ucapan selamat kepada para pemuda Aceh dan Batak atas keberhasilan mereka memelihara persatuan.
Pesan Pesan Bung Karno ini ampuh memukul propaganda Belanda sehingga tak terjadi perpecahan di antara para pejuang. Pada saat bersamaan, komando militer Sumatra Timur juga melarang keras para pejuang berbicara dalam bahasa daerah masing-masing. Semua pejuang wajib berbahasa Indonesia di medan perang (Talsya, 1990b: 82).
Merespons pesan Bung Karno, pada 30 Mei 1947 koran-koran di Sumatra turut membantah fitnah media-media Belanda dan Amerika. Dalam tajuk rencananya, koran Siap Sedia yang terbit di Pematang Siantar menyatakan tidak ada percekcokan antara anak-anak muda Batak dengan Aceh. Isu tersebut sengaja diembuskan Belanda untuk menciptakan perang saudara.
“Tidak usah diherankan Belanda mengadu-dombakan Batak dengan Atjeh, oleh karena diketahuinja di Medan Area semua kuntji pertahanan adalah terletak di tangan orang-orang Batak dan Atjeh,” tulis Siap Sedia.
Berkat adanya bantahan-bantahan terhadap fitnah Belanda, maka persatuan pemuda Aceh dan pemuda Batak bisa dilestarikan.[]