Dukung Bustami, Eks Presiden Mahasiswa Kampus se-Aceh: Sudah 20 Tahun Aceh Stagnan
Bustami Hamzah dinilai sebagai pemimpin yang mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang sudah melanda Aceh selama puluhan tahun.
Para aktivis mahasiswa di Aceh mendeklarasikan dukungan terhadap Bustami Hamzah | Foto: Fauzan/Pintoe.co
PINTOE.CO - Banyak persoalan di Aceh yang tidak terselesaikan sejak bencana Tsunami Aceh 2024. Masalah-masalah tersebut berlarut-larut hingga puluhan tahun. Namun, di era kepemimpinan Pj Gubernur Aceh Bustami, satu per satu persoalan lama tersebut berhasil diselesaikan.
Pandangan itu disampaikan oleh mantan Presiden Mahasiswa UIN Ar-Raniry Ilham Rizki. Itulah yang menjadi pertimbangan dia dan kawan-kawannya untuk mendukung Bustami Hamzah maju sebagai calon Gubernur Aceh pada Pilkada 2024 nanti.
"Meski sudah 20 tahun berlalu, kita masih terkesan stagnan dalam pengembangan dan pembangunan lintas sektor," kata Ilham Rizki saat Konferensi Pers Pernyataan Sikap Demisioner Presiden dan DPM/Senat Mahasiswa se-Aceh di Banda Aceh pada Senin, 12 Agustus 2024.
Angka 20 tahun yang disebut Ilham Rizki, merujuk pada sejak penandatanganan MoU Helsinki yang mengakhiri perang antara GAM dengan Pemerintah Pusat pada 15 Agustus 2005. Sejak itu, Aceh menikmati kucuran dana otonomi khusus hingga Rp100 triliun, namun Aceh masih berstatus daerah termiskin di Sumatera.
Sebagai catatan, sejak 2006 - 2022 Aceh dipimpin oleh Gubernur yang berasal dari GAM. Periode 2006 - 2012 Aceh dipimpin Irwandi Yusuf yang adalah mantan juru propaganda GAM. Lalu, periode 2012 - 2017 Aceh dipimpin pucuk pimpinan GAM yakni Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf (Mualem) sebagai Wagub. Periode 2017 - 2022 kembali dipimpin Irwandi Yusuf, namun pada 2018 Irwandi ditangkap KPK dan posisinya digantikan Nova Iriansyah yang sebelumnya adalah wakil gubernur.
Ilham menjelaskan, provinsi Aceh yang kaya akan sumber daya alam seperti emas, batubara, bijih besi, dan minyak tetap menjadi provinsi termiskin di Sumatra. Ia menilai kondisi ini sebagai akibat dari ketidakmampuan pengelolaan sumber daya alam dan anggaran yang diterima dari pusat.
"Sejauh ini, anggaran yang bersumber dari DAU dan DAK belum mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, percepatan pembangunan, sektor pendidikan, dan penyediaan lapangan kerja," ujarnya
Dalam hal permasalahan kesehatan, khususnya stunting, data menunjukkan hingga saat ini hampir sepertiga anak di Aceh mengalami gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi. Ilham mengutip, angka stunting di Aceh mencapai 34,42 Persen pada tahun 2020. Menjadikan Aceh masuk peringkat lima besar provinsi dengan stunting tertinggi di Indonesia.
Selain itu, Ilham menyebutkan pembangunan infrastruktur yang terhambat oleh isu anggaran dan koordinasi antara pemerintah daerah dan pusat juga salah satu permasalahan utama.
"Bahkan, Aceh mengalami krisis pemimpin yang bisa berdiplomasi dengan pusat terhadap prioritas pembangunan daerah," ujarnya.
Permasalahan di bidang pendidikan juga tidak luput dari perhatian. Meskipun anggaran pendidikan di Aceh itu besar, namun mutu pendidikan masih terpuruk.
Di samping itu, Ilham juga menilai masalah lapangan kerja di Aceh juga menjadi perhatian utama. Tingkat pengangguran yang tinggi disebabkan oleh ketergantungan ekonomi pada sektor pertanian, perikanan, dan sumber daya alam tanpa diversifikasi yang memadai. Bahkan, banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kesulitan bersaing dengan produk impor sehingga menyebabkan penurunan produksi dan meningkatnya pengangguran.
“Kita masih sangat bergantung pada impor bahan pangan dari Medan, meskipun Aceh memiliki potensi besar dalam menghasilkan bahan baku mentah,” jelasnya.
Dengan semua permasalahan tersebut, Ilham bersama para mantan pemimpin mahasiswa se-Aceh berharap agar Aceh dapat dipimpin sosok seperti Bustami Hamzah yang mampu menyelesaikan berbagai persoalan selama ini.
“Kami mengharapkan Aceh memiliki pemimpin yang bisa mengelola pemerintahan dengan adil dan bijaksana serta menjamin kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, kami mendukung langkah Bapak Bustami sebagai calon Gubernur Aceh 2024-2029,” pungkasnya.
Dalam kesempatan itu, juga hadir demisioner Presma IAIN Langsa M. Jailani, demisioner BEM Jabal Ghafur Sigli Refan Nurreza, Ketua DPM UTU Meulaboh M Ali, dan para demisioner dan senat kampus se- Aceh lainnya.[]
Lihat juga:
LIVE: Pernyataan Sikap Eks Presiden dan Senat Mahasiswa se-Aceh Dukung Bustami Cagub