HRW Sebut Israel Sengaja Putuskan Akses Air di Gaza untuk Lakukan Genosida
Masyarakat di Gaza tidak memiliki akses ke jumlah air minimum yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dalam situasi darurat jangka panjang.

Warga Palestina mengantre untuk mengisi ulang wadah air mereka di Rafah, Jalur Gaza selatan pada 24 Oktober 2023 I Foto; Mohammed Abed/AFP
PINTOE.CO - Human Rights Watch (HRW) yang berbasis di AS mengatakan Israel dianggap melakukan kejahatan dan tindakan genosida di Gaza melalui kebijakan sengaja berupa pemutusan akses air.
Hal itu disampaikan HRW dalam laporan terbarunya yang diterbitkan pada hari Kamis waktu setempat. Organisasi hak asasi manusia itu menyebut Israel menimbulkan kondisi kehidupan di Gaza yang dimaksudkan untuk menghancurkan populasi.
Kebijakan itu melibatkan pemutusan dan kemudian pembatasan air ledeng, menargetkan infrastruktur air dan sanitasi serta memblokir masuknya pasokan air. Hal itu dinilai sama saja dengan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pemusnahan dan kejahatan genosida.
Ditambahkan pula pernyataan dari pejabat senior Israel yang menyerukan pemutusan pasokan air sama saja dengan hasutan langsung untuk melakukan genosida.
"Ini bukan sekadar kelalaian. Ini adalah kebijakan perampasan yang terencana yang telah menyebabkan kematian ribuan orang akibat dehidrasi dan penyakit yang tidak lain adalah kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pemusnahan, dan tindakan genosida," kata Direktur Eksekutif HRW, Tirana Hassan, mengutip MI.
Laporan HRW didasarkan pada wawancara dengan warga Palestina di Gaza, karyawan Badan Air Kotamadya Pesisir Gaza, profesional perawatan kesehatan, dan pekerja badan PBB serta LSM di Gaza.
Laporan itu juga menggunakan citra satelit, foto, video, dan data yang dikumpulkan oleh dokter, ahli epidemiologi, organisasi bantuan kemanusiaan serta pakar air dan sanitasi.
Mengutip Badan Air Kotamadya Pesisir Gaza dan PBB, laporan HRW mengatakan antara Oktober 2023 dan Agustus 2024, masyarakat di Gaza tidak memiliki akses ke jumlah air minimum yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dalam situasi darurat jangka panjang.
PBB juga melaporkan di Gaza utara masyarakat tidak memiliki akses ke air minum selama lebih dari lima bulan, antara November 2023 dan April 2024.
Laporan tersebut mencatat karena hancurnya sistem perawatan kesehatan Gaza, kasus kematian yang terkait dengan penyakit yang ditularkan melalui air dan dehidrasi tidak dilaporkan secara sistematis.
Berdasarkan wawancara dengan para profesional perawatan kesehatan, laporan tersebut menyimpulkan kemungkinan besar ribuan orang telah meninggal akibat tindakan otoritas Israel.[]
Editor: Lia Dali