Khaled Nabhan, Kakek di Gaza yang Viral Gendong Cucu Terbunuh, Tewas Dibunuh Israel
Pada November 2023, Nabhan terekam dalam video memegang tubuh cucunya, Reem berusia tiga tahun yang sudah tak bernyawa. Dia terlihat membelai rambut dan mencium mata Reem yang tewas akibat bom Israel.
Khaled Nabhan, seorang kakek Palestina yang tewas akibat serangan Israel pada Senin pagi, (16/12/2024) I Foto: Courtesy of Nabhan family via CNN Indonesia
PINTOE.CO - Pasukan Israel di Gaza menewaskan Khaled Nabhan, seorang kakek Palestina yang menjadi simbol kekuatan hati Palestina. Nabhan tewas dalam serangan udara yang menargetkan kamp pengungsi Nuseirat Gaza pada Senin pagi, 16 Desember 2024.
Rekaman video yang beredar secara daring menunjukkan warga Palestina dan jurnalis mengerubungi sang kakek yang berlumuran darah.
Kakek yang dihormati itu tewas dalam serangan Israel yang menargetkan rumah milik keluarga Abu Hajar. Menurut kantor berita Palestina Wafa, setidaknya empat orang lainnya tewas dalam pengeboman itu, termasuk seorang anak.
Anak Nabhan, Ali Badwan, mengatakan pasukan Israel membunuh orang dari setiap lapisan masyarakat.
"Pendudukan telah membunuh anak-anak saya, banyak orang muda dan tua, setiap hari di hadapan dunia," ujarnya, dikutip New Arab.
"Tak seorang pun bicara soal itu, hanya mencela dan mencela. Kakek dari roh anak-anakku kini melakukan perjalanan menemui mereka di taman surga dan kebahagiaan," imbuh Badwan.
Pada November 2023, Nabhan terekam dalam video memegang tubuh cucunya, Reem berusia tiga tahun yang sudah tak bernyawa. Dia terlihat membelai rambut dan mencium mata Reem yang tewas akibat bom Israel sambil mengucapkan kalimat, “Ini adalah ruh dari ruh.”
Itulah kata-kata Khaled Nabhan saat mengucapkan selamat tinggal yang menyayat hati kepada cucunya yang berusia 3 tahun yang syahid bersama saudara laki-lakinya yang berusia 5 tahun, Tarek, dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza selatan pada 22 November 2023.
Video Nabhan yang menggendong tubuh Reem tak bernyawa kemudian menggugah simpati di media sosial dan berita internasional.
Kesedihannya dianggap sebagai simbol rasa sakit rakyat Palestina di Gaza. Hampir 13 bulan kemudian, ajal itu menjemput Nabhan.
Beberapa bulan setelah kematian cucunya, Nabhan mendedikasikan hidup untuk membantu orang lain di Gaza. Nabhan mengatasi kesedihannya dengan misi mulia.
Dia sering terlibat menyusun data anak yang menjadi target, ikut mendistribusikan bantuan, dan mengajukan permohonan ke otoritas Mesir untuk mengizinkan anak-anak masuk ke sana untuk mendapat perawatan medis yang layak.
Dia membantu tim penyelamat dan petugas medis merawat warga Palestina khususnya anak-anak. Dia juga secara teratur membantu anak yatim piatu dan anak-anak yang diamputasi di daerah kantong itu dan memberi makan kucing-kucing liar yang kelaparan.
Nabhan kerap mengenakan pakaian khas Palestina thobe dan keffiyeh yang dililitkan di kepala. Dalam beberapa wawancara setelah para cucunya tewas, dia memakai medali Tariq sebagai kalung dan anting Reem sebagai peniti di pakaian.
Para pembela hak asasi Palestina memberi penghormatan kepada Nabhan.
"Mereka pertama-tama membunuh cucunya, 'jiwa dari jiwanya', lalu mengebom rumah keluarganya & sekarang membunuhnya di siang bolong tanpa hukuman," tulis Muhammad Shehada, seorang penulis dan analis dari Gaza, dalam sebuah unggahan media sosial seperti dikutip dari Kompas.com.
“Setelah Israel membunuh cucunya, dia menghabiskan waktu setahun menyebarkan harapan, membantu mereka yang membutuhkan, membagikan makanan kepada anak-anak & anak kucing yang kelaparan, & menghargai setiap momen yang bisa dia miliki bersama ibunya," imbuh Shehada.
Pendeta sekaligus aktivis Palestina-Amerika Omar Suleiman menyebut Nabhan dibunuh oleh pasukan paling jahat di bumi. Omar menggambarkan Nabhan sebagai sosok yang tersenyum menghadapi kekejaman Israel.
“Pria itu memiliki kehadiran malaikat, tersenyum menghadapi genosida, berkeliaran di rumah sakit dan kamp untuk menenangkan orang-orang meskipun dia kesakitan,” tulis Suleiman di X.
Kematian Nabhan menggguncang banyak orang. Di media sosial, warganet ramai-ramai menyampaikan duka dan rasa kehilangan.
"Setiap kehilangan warga Palestina membawa rasa sakit, tetapi kematian Khaled sedikit lebih menyakitkan hari ini. Semoga ia segera memeluk Reem dan Tariq di taman surga," tulis jurnalis yang berbasis di Amerika Serikat, Sana Saeed di X.
Anak Nabhan yang lain, Maissa, merasa bangga akan ayahnya, saat penghormatan mengalir deras dari seluruh dunia.
"Dia terkenal karena kebaikan dan kekuatannya selama perang di Gaza dan dia membantu kami menjadi kuat dan menerima kenyataan kami," kata Maissa.
Israel melancarkan agresi ke Palestina sejak Oktober 2023. Selama operasi, mereka menyerang secara membabi buta warga dan objek sipil.
Menurut data Kementerian Kesehatan Palestina, perang Israel di Gaza yang sudah berlangsung 14 bulan telah menewaskan lebih dari 45.000 orang dan puluhan fasilitas Kesehatan lumpuh total.
Kelompok hak asasi manusia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggambarkan serangan Israel di Gaza, sebagai genosida dan upaya untuk menghancurkan rakyat Palestina.[]
Editor: Lia Dali