UNIFIL Pastikan Gencatan Senjata Israel-Hizbullah Dipatuhi
Kami akan bekerja sama dengan semua pihak terkait untuk memastikan berhentinya permusuhan terwujud

Perwira psikologi TNI yang tergabung dalam Satgas MTF TNI Kontingen Garuda XXVIII-O UNIFIL melaksanakan asistensi dan observasi psikologi kepada seluruh personel satgas termasuk kru helikopter Panther HS-1305 di geladak heli KRI Diponegoro-365 di Dermaga
PINTOE.CO - Pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) menyatakan akan menjalankan perannya untuk memastikan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah dipatuhi oleh semua pihak.
Gencatan senjata ini mulai berlaku pada Rabu, 27 November 2024, pukul 4 pagi waktu setempat, setelah peperangan yang berlangsung lebih dari 14 bulan.
"Kami akan bekerja sama dengan semua pihak terkait untuk memastikan berhentinya permusuhan terwujud," tulis UNIFIL dalam pernyataannya.
UNIFIL juga menegaskan komitmennya melanjutkan tugas sesuai mandat. Mereka telah menyesuaikan operasi dengan situasi baru tersebut.
Selain itu, UNIFIL mendesak semua pihak untuk sepenuhnya mematuhi Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701.
Resolusi ini, yang disahkan pada 2006, menyerukan penghentian permusuhan dan pembentukan zona bebas tempur di Lebanon selatan, kecuali untuk militer Lebanon dan UNIFIL.
"Personel kami dari 48 negara tetap di posnya dan siap mendukung Lebanon dan Israel dalam fase baru ini," tambah UNIFIL.
Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, Israel akan secara bertahap menarik pasukannya ke selatan "Garis Biru", garis demarkasi antara Lebanon dan Israel. Sementara itu, Lebanon akan menempatkan pasukan militernya di Lebanon selatan dalam waktu 60 hari.
Pengawasan pelaksanaan gencatan senjata akan dilakukan oleh Amerika Serikat dan Prancis, meski rincian teknisnya masih belum diumumkan.
Hizbullah, meski belum memberikan pernyataan resmi, diketahui telah mematuhi kesepakatan tersebut dengan menghentikan serangan terhadap Israel sejak gencatan senjata mulai berlaku.
Serangan Israel ke Lebanon sejak Oktober 2024 telah menewaskan lebih dari 3.800 orang dan membuat lebih dari satu juta warga Lebanon mengungsi, menurut data otoritas kesehatan Lebanon.[]
Editor: Zulkarnaini