Biden Bilang Israel Siap Gencatan Senjata Selama Ramadan, Hamas Sebut Belum Ada Kata Sepakat
Biden mengatakan kepada NBC bahwa Israel berisiko kehilangan dukungan internasional kecuali negara tersebut mengambil langkah lebih lanjut untuk menyelamatkan warga sipil.
Joe Biden dalam wawancara televisi di NBC | AFP
PINTOE.CO - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan dirinya telah mendapat informasi bahwa Israel siap menghentikan serangan di Gaza selama bulan Ramadan. Namun, pejabat Hamas mengatakan pernyataan Biden terlalu dini mengingat proposal gencatan senjata masih dipelajari.
Dilansir Reuters, Selasa (27 Februari 2024), pernyataan Biden muncul ketika para perunding mencoba untuk menyelesaikan perpanjangan perjanjian gencatan senjata pertama dalam perang yang telah melenyapkan Jalur Gaza sejak Oktober tahun lalu.
“Ramadan akan segera tiba, dan sudah ada kesepakatan dari pihak Israel bahwa mereka juga tidak akan melakukan kegiatan selama Ramadan, untuk memberi kita waktu untuk mengeluarkan semua sandera,” kata Biden.
Sebelumnya pada hari Senin, Biden mengatakan dia berharap perjanjian gencatan senjata akan tercapai pada hari Senin, 4 Maret. Ramadan diperkirakan akan dimulai pada 10 Maret.
"Penasihat keamanan nasional saya memberi tahu saya bahwa gencatan senjata sudah dekat. Hampir saja. Gencatan senjata belum selesai. Harapan saya adalah Senin depan kita akan bisa memulai gencatan senjata," kata Biden.
Hamas sedang meninjau proposal yang disepakati pada pertemuan di Paris pekan lalu antara Israel, Amerika Serikat dan mediator dari Mesir dan Qatar, yang merupakan dorongan paling serius untuk gencatan senjata sejak gencatan senjata terakhir gagal setelah seminggu di bulan November.
Dua pejabat senior Hamas mengatakan pernyataan Biden yang menyatakan bahwa kesepakatan pada prinsipnya telah tercapai adalah terlalu dini.
“Masih ada kesenjangan besar yang harus dijembatani”, kata seorang pejabat Hamas kepada Reuters.
“Masalah utama dari gencatan senjata dan penarikan pasukan Israel tidak disebutkan dengan jelas, sehingga menunda tercapainya kesepakatan,” tambah pejabat Hamas itu.
Sumber senior yang dekat dengan pembicaraan tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa rancangan proposal yang dikirim ke Hamas adalah untuk gencatan senjata selama 40 hari di mana Hamas akan membebaskan sekitar 40 sandera – termasuk perempuan, mereka yang berusia di bawah 19 tahun atau lebih dari 50 tahun, dan orang sakit.
Sebagai imbalannya, sebagai imbalannya Palestina diminta melepas 400 tahanan dengan rasio 10 banding satu.
Israel akan menempatkan kembali pasukannya di luar wilayah pemukiman. Penduduk Gaza, selain laki-laki yang sudah cukup umur untuk berperang, akan diizinkan untuk pulang ke daerah yang sebelumnya dievakuasi, dan bantuan akan ditingkatkan, termasuk peralatan mendesak untuk menampung para pengungsi.
Namun tawaran tersebut tampaknya tidak memenuhi tuntutan utama Hamas dalam perundingan sebelumnya, yaitu bahwa gencatan senjata mencakup komitmen untuk mengakhiri perang secara permanen dan penarikan mundur Israel.
Hal ini juga tidak mencakup pembebasan sandera Israel yang merupakan tentara atau pria sehat yang cukup umur untuk berperang, atau permintaan Hamas agar sebanyak 1.500 tahanan dibebaskan.
Terlalu Banyak Orang Tak Bersalah Terbunuh
Biden mengatakan kepada NBC bahwa Israel berisiko kehilangan dukungan internasional kecuali negara tersebut mengambil langkah lebih lanjut untuk menyelamatkan warga sipil. Israel mengancam akan menyerang Rafah, kota terakhir di tepi selatan Jalur Gaza, tempat lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduknya terkurung, sebagian besar tidur di tenda darurat atau bangunan umum.
“Ada terlalu banyak orang tak berdosa yang terbunuh. Dan Israel telah memperlambat serangan di Rafah,” kata Biden, seraya menambahkan bahwa Israel telah berkomitmen untuk memungkinkan warga Palestina mengungsi dari Rafah sebelum mengintensifkan serangan di sana.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tawaran balasan Hamas sebelumnya untuk melakukan gencatan senjata dengan syarat semua sandera akan dibebaskan. Netanyahu juga menolak permintaan agar Israel menarik pasukannya dari Gaza sekaligus mengakhiri perang.
Dikatakan, Israel tidak akan menghentikan perang sampai Hamas diberantas.
Pada hari Senin, Netanyahu mengulangi penjelasannya mengenai tuntutan Hamas sebagai “dari planet lain” dan mengatakan bahwa kelompok tersebut harus memutuskan apakah akan menerima tawaran terbaru Israel.
Di NBC, Biden mengatakan gencatan senjata sementara akan mempercepat proses bagi Palestina untuk memiliki negara sendiri. Netanyahu menolak negara Palestina merdeka karena tidak sesuai dengan kebutuhan Israel akan kendali keamanan penuh atas seluruh wilayah antara sungai Yordan dan Laut Mediterania.
Hamas membunuh 1.200 orang dan menyandera 253 orang pada 7 Oktober, menurut perhitungan Israel, yang memicu serangan darat di Gaza, dengan hampir 30.000 orang dipastikan tewas, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Di Gaza, ada perasaan campur aduk mengenai prospek gencatan senjata yang mungkin tidak akan mengakhiri perang secara permanen.
“Kami tidak ingin jeda, kami ingin gencatan senjata permanen, kami ingin pembunuhan diakhiri,” kata Mustafa Basel, ayah lima anak dari Kota Gaza, kepada Reuters.
“Sayangnya, kondisi masyarakat begitu suram sehingga beberapa orang mungkin menerima jeda, bahkan (hanya) selama bulan Ramadan. Perasaan masyarakat campur aduk, mereka ingin perang diakhiri secara permanen namun kondisi yang mengerikan membuat mereka ingin jeda satu bulan atau 40 hari dengan harapan itu menjadi permanen," tambah Mustafa.[]