Timur Tengah Memanas, Perang Israel dan Hamas Berpotensi Libatkan Hizbullah
Pada Juni ini, Hizbullah melancarkan serangan roket dan drone terbesar ke kota-kota dan situs militer Israel setelah seorang komandan senior mereka tewas oleh rudal Israel.

Pasukan Hizbullah mengambil bagian dalam pemakaman anggota Hizbullah Abbas Shuman. (Foto: REUTERS)
PINTOE.CO - Ketegangan di Timur Tengah meningkat dengan perang antara Israel dan milisi Hamas yang menguasai Gaza.
Kini, ada potensi konflik ini meluas dengan melibatkan kelompok bersenjata Hizbullah dari Lebanon.
Hizbullah sudah mulai menyerang Israel tak lama setelah perang Gaza meletus pada Oktober 2023.
Kelompok yang didukung Iran ini menyatakan akan berhenti menyerang jika ada gencatan senjata di Gaza.
Pada Juni ini, Hizbullah melancarkan serangan roket dan drone terbesar ke kota-kota dan situs militer Israel setelah seorang komandan senior mereka tewas oleh rudal Israel.
Seperti Hamas, Hizbullah dicap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan beberapa negara lainnya.
Keduanya didukung oleh Iran dan menganggap Israel sebagai musuh utama mereka. Namun, berbeda dengan Hamas, Hizbullah juga berfungsi sebagai faksi politik kuat di Lebanon.
Di bawah kepemimpinan Hassan Nasrallah, Hizbullah telah menjadi partai politik berpengaruh dengan persenjataan yang lebih canggih dibanding Hamas.
Menurut Julie M. Norman, profesor politik dan hubungan internasional di UCL, Hamas mendapat dana, senjata, dan pelatihan dari Iran tetapi tidak dikontrol Iran seperti Hizbullah, yang sepenuhnya didukung dan diarahkan oleh Iran.
Hizbullah memiliki persenjataan yang jauh lebih kuat dengan sekitar 150.000 roket dan rudal, termasuk Fateh-110 dan Zelzal-2 milik Iran yang dapat menyerang jauh ke dalam wilayah Israel dengan presisi tinggi. Ini jauh lebih banyak dibanding Hamas yang hanya memiliki 5.000-20.000 roket dan rudal.
Israel khawatir sistem pertahanan udara Iron Dome mereka akan kewalahan jika terjadi perang besar.
Hizbullah juga menggunakan drone buatan Iran seperti Shahed 136 untuk pengintaian dan serangan. Selain itu, mereka memiliki rudal anti-kapal buatan Rusia dan China yang canggih.
Hizbullah mengklaim memiliki 100.000 pejuang, melebihi 30.000 pasukan Hamas. Mereka juga mengembangkan jaringan terowongan luas di Lebanon Selatan untuk keuntungan strategis dan perlindungan dari serangan udara Israel.
Strategi militer Hizbullah melibatkan penggunaan amunisi berpemandu presisi dan rudal berdaya ledak tinggi yang dapat mengancam sasaran tertentu lebih efektif dibandingkan roket dan mortir Hamas yang kurang canggih.[]