UNHCR dan IOM Turun Tangan Usai Kapal Pengungsi Rohingya Terbalik
Jika hal ini benar, UNHCR dan IOM mengatakan ini akan menjadi insiden dengan korban jiwa terbesar sepanjang tahun ini.
Enam pengungsi Rohingya yang berhasil dibawa ke daratan dalam misi penyelamatan pertama oleh nelayan Aceh | Foto: Dok. Panglima Laot
PINTOE - Lembaga PBB yang mengurusi pengungsi, UNHCR, dan Badan Migrasi PBB IOM, menyatakan terkejut dan prihatin atas situasi di lepas pantai Meulaboh, Aceh Barat, Indonesia, di mana sebuah kapal yang mengangkut pengungsi Rohingya terbalik.
Melalui operasi penyelamatan yang berlangsung pada hari Kamis, sekitar 75 orang berhasil dibawa ke daratan dengan selamat.
"UNHCR dan IOM sangat prihatin dengan besarnya potensi korban jiwa karena pengungsi yang diselamatkan mengatakan kapal tersebut sebenarnya mengangkut 151 orang," kata kedua lembaga itu dalam sebuah pernyataan bersama yang diterima redaksi PINTOE.CO, Jumat (22 Maret 2024).
Jika hal ini benar, UNHCR dan IOM mengatakan ini akan menjadi insiden dengan korban jiwa terbesar sepanjang tahun ini.
Menurut laporan awal, pada 20 Maret 2024, pemerintah setempat di Aceh Barat melaporkan kedatangan enam pengungsi yang diselamatkan oleh nelayan dari kapal yang terbalik.
Insiden tersebut dilaporkan terjadi pada dini hari di hari yang sama, sekitar 12 mil dari lepas pantai.
Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional (Basarnas) Banda Aceh memulai misi penyelamatan, dan perahu terbalik itu ditemukan pada Kamis pagi 21 Maret.
Tim UNHCR dan IOM telah dikerahkan ke Aceh Barat dan siap membantu pemerintah setempat dengan memberikan bantuan kepada para korban insiden tragis ini setelah mereka turun dari kapal.
Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya kedatangan kapal pengungsi Rohingya di Indonesia. Pada
tahun 2023 saja, lebih dari 2.300 pengungsi Rohingya tiba, dengan peningkatan signifikan mulai bulan
November dan seterusnya. Jumlah ini melampaui jumlah kedatangan dalam empat tahun sebelumnya secara keseluruhan.
UNHCR dan IOM memperkuat upaya dalam memberikan bantuan kemanusiaan dan perlindungan darurat kepada pengungsi yang tiba di Indonesia. Kedua badan ini bekerja sama dengan lembaga pemerintah, mitra LSM, dan masyarakat lokal untuk memberikan lingkungan yang aman bagi pengungsi dan memfasilitasi akses terhadap layanan-layanan penting.
Kegiatannya mencakup penyediaan layanan kesehatan (termasuk dukungan kesehatan mental), perbaikan tempat penampungan sementara, memastikan akses terhadap air bersih, makanan, sanitasi, dan pengelolaan limbah.
UNHCR dan IOM menyampaikan apresiasi kepada pihak berwenang di Indonesia dan masyarakat lokal atas upaya penyelamatan jiwa para pengungsi dari perahu yang terbalik di Aceh Barat.
Respons proaktif pihak berwenang, kata kedua lembaga itu, menunjukkan sisi kemanusiaan yang kuat, komitmen terhadap Peraturan Presiden Indonesia tentang Penanganan Pengungsi, dan menjunjung tinggi prinsip-prinsipkemanusiaan pada saat krisis sebagaimana tercantum dalam Hukum Laut.
"Di tengah banyaknya tantangan yang sedang berlangsung di kawasan ini, kami mengingatkan perlunya pencarian segera sebagai upaya penyelamatan dan pendaratan yang aman bagi mereka yang membutuhkan," kata UNHCR dan IOM.
UNHCR dan IOM mengulangi seruan kepada negara-negara untuk mengadvokasi upaya bersama dalam memastikan pendaratan yang aman dan penyelamatan di laut bagi semua orang yang berada dalam kesulitan di seluruh wilayah.
Komunitas internasional juga diminta mempertahankan komitmennya untuk menegakkan prinsip- prinsip kemanusiaan dan melindungi hak dan martabat para pengungsi dan migran.
"Kawasan ini dan komunitas internasional perlu mendukung upaya – upaya untuk mengatasi faktor pendorong perpindahan dan akar penyebab pengungsian di Myanmar. Sampai permasalahan ini terselesaikan, para pengungsi akan terus melakukan perjalanan berbahaya untuk mencari keselamatan," kata UNHCR dan IOM.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Panglima Laot Azwir Nazar telah meminta nelayan Aceh terutama di wilayah Aceh Barat untuk menolong satu boat Rohingya yang tenggelam sekitar 7 mil dari Kuala Bubon Aceh Barat.
Instruksi itu dikeluarkan setelah Azwir mendapat info dari Panglima Laot Kabupaten Aceh Barat, Pawang Amiruddin bahwa ada puluhan Rohingya tenggelam di wilayah Aceh Barat dan terdiri dari perempuan dan anak. Beberapa dari mereka tenggelam karena boatnya terbalik.
"Dan banyak masih terapung di laut. Karena itu demi alasan kemanusiaan, kita wajib menolong orang yang tertimpa musibah di laut. Siapapun mereka," kata Azwir dalam keterangan tertulis, Kamis (21 Maret 2024).
Dalam evakuasi pertama, nelayan Aceh menyelamatkan 6 orang, terdiri dari 4 perempuan dan 2 laki laki. Bantuan susulan oleh Basarnas menyelamatkan 75 orang ke daratan.[]