Pimpin RUPS, Pj Gubernur Minta Bank Aceh Tingkatkan Pembiayaan UMKM
Untuk 2024, Bank Aceh menyiapkan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp1,5 triliun, meningkat dibanding 2023 yang sebesar Rp721 miliar.
Pj Gubernur Bustami Hamzah bersama sejumlah bupati dan walikota di sela-sela RUPS Bank Aceh, Minggu, 5 Mei 2024. | Foto: Humas Aceh
PINTOE.CO - Penjabat Gubernur Aceh Bustami Hamzah meminta Bank Aceh terus meningkatkan pembiayaan sektor produktif, khususnya pembiayaan untuk usaha mikro, kecil dan menengah sebagai penyangga ekonomi kerakyatan.
"Hal ini sesuai dengan misi nomor 1 Bank Aceh, yaitu ‘Menjadi Penggerak Perekonomian Aceh dan Pendukung Agenda Pembangunan Daerah dan Nasional Melalui Ekonomi Kerakyatan," kata Bustami saat memimpin Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank Aceh yang dihadiri bupati dan walikota se-Aceh selaku pemegang saham di Meuligoe Gubernur Aceh, Minggu, 5 Mei 2024.
Sebagai Pj Gubernur Aceh, Bustami adalah Pemegang Saham Pengendali di bank milik pemerintah itu.
Untuk diketahui, pada 2023, Bank Aceh merealisasikan sebesar Rp18,6 triliun atau tumbuh 7,81% dibanding tahun sebelumnya senilai Rp17,3 triliun.
Untuk 2024, Bank Aceh menyiapkan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp1,5 triliun. Angka ini meningkat dibanding penyaluran 2023 sebesar Rp721 miliar.
Pada kesempatan itu Bustami juga mengingatkan jajaran Bank Aceh untuk terus meningkatkan budaya pelayanan berbasis kepada kebutuhan nasabah dengan penuh keikhlasan, melalui prinsip ukhuwah, mahabbah dan bil hikmah.
“Jajaran Bank Aceh harus terus berupaya menumbuhkembangkan pelayanan terhadap nasabah dengan prinsip melayani mereka sebagaimana melayani diri kita sendiri. Setiap hari, harus ada tekad di dalam diri kita untuk selalu memberikan pelayanan terbaik, serta semakin memberikan kemudahan melalui pemanfaatan teknologi informasi digital, sehingga berdampak pada kepuasan nasabah,” kata Bustami.
Bustami juga berpesan agar jajaran Bank Aceh terus melakukan pengembangan produk-produk alternatif yang lebih inovatif sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan memiliki potensi bagi keuntungan, tetapi tetap memperhitungkan risikonya.
Budaya risiko dan kepatuhan dalam aktivitas dan usaha perbankan, kata Bustami, perlu terus dikembangkan sehingga Bank Aceh dapat memperkecil terjadinya risiko dan memiliki rencana aksi dalam mitigasi risiko yang mungkin terjadi.
“Untuk mencapai itu semua, maka perlu disusun program yang dapat meningkatkan kemampuan, kapasitas dan kapabilitas baik sumber daya manusia, infrastruktur melalui pelatihan, workshop dan pendidikan yang berorientasi pada peningkatan skill, pengetahuan dan juga ketrampilan,” kata Pj Gubernur.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur juga mengingatkan, bahwa mewujudkan visi Bank Aceh, yaitu ‘Menjadi Bank Syariah Terdepan dan Terpercaya Dalam Pelayanan di Indonesia,’ adalah sebuah visi yang tidak mudah dan membutuhkan komitmen dan tekad semua pihak, karena banyak tantangan yang akan dihadapi.
“Semua menjadi tidak ringan, karena untuk menjadi Bank yang kuat dan stabil dibutuhkan transformasi, sehingga Bank Aceh dapat menjadi tuan di negerinya sendiri. Semoga pertemuan kita hari ini menjadi energi baru dalam mempertahankan eksistensi Bank Aceh sebagai Bank daerah yang telah merambah dan berkontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah dan nasional,” kata Gubernur.
“Sebagai entitas bisnis tentu Bank Aceh harus berorientasi pada pencapaian profit yang optimal namun tetap berpegang teguh pada tata kelola perusahaan (GCG) dan pengelolaan risiko yang terus menjaga tingkat kesehatan Bank,” pungkas Gubernur.[]