Pengacara Tony Buzbee: 120 Orang Baru Mengaku Korban Kekerasan Seksual Rapper P Diddy
Rapper AS pencipta lagu hits "I'll Be Missing You" ini ditangkap pada 17 September silam di sebuah hotel di New York atas tuduhan konspirasi pemerasan, perdagangan seks dengan paksa, dan pengiriman orang untuk tujuan prostitusi.
P Diddy rapper ternama AS yang terlibat skandal prostitusi I Foto X.com Diddy
PINTOE.CO - Tiga dekade berkarir di industri musik Amerika hingga menjadi konglomerat sukses, musisi Sean Combs atau P Diddy atau Puff Daddy kini menghadapi serangkaian tuduhan pemerasan dan kekerasan seksual yang membuat dunia terperangah.
Rapper AS pencipta lagu hits "I'll Be Missing You" ini ditangkap pada 17 September silam di sebuah hotel di New York atas tuduhan konspirasi pemerasan, perdagangan seks dengan paksa, dan pengiriman orang untuk tujuan prostitusi.
Jaksa federal menuduhnya "menciptakan perusahaan kriminal", dengan "melecehkan, mengancam, dan memaksa perempuan dan orang lain di sekitarnya untuk memenuhi hasrat seksualnya, melindungi reputasinya, dan menyembunyikan perilakunya."
Para jaksa mengatakan Diddy menggunakan narkoba, kekerasan, dan kekuasaannya untuk "memikat korban perempuan" untuk terlibat dalam aktivitas seks yang disebut "freak off."
Freak off party ini dilakukan Diddy selama bertahun-tahun yang diduga melibatkan narkoba, kamera tersembunyi, pekerja seks, dan gadis di bawah umur.
Tudingan pertama atas kasus kekerasan seksual muncul dari mantan pacarnya, seorang model bernama Gina Huynh, pada 2019 dalam sebuah wawancara dengan selebritas YouTube, Tasha K. Namun, tudingan ini tidak mengemuka di media arus utama Amerika Serikat.
Pada 16 November 2023, seorang artis bernama Cassie Ventura yang juga mantan kekasih Diddy menggugat Diddy ke pengadilan federal di New York atas tuduhan tindakan abusif dan kekerasan seksual selama 13 tahun mereka bersama, antara 2007 hingga 2018.
Namun, gugatan Cassie ke Diddy tak lama. Sehari setelah gugatan itu dilayangkan ke pengadilan, kedua pihak sepakat menyelesaikan kasus tersebut, kendati pengacara Diddy mengatakan bahwa penyelesaian kasus itu "bukan berarti pengakuan atas pelanggaran yang dilakukan" kliennya.
Ternyata, kasus tersebut terus diselidiki pihak kepolisian. Hingga pada bulan Maret 2024, otoritas AS menggerebek properti Diddy di Los Angeles dan Miami sebagai bagian dari penyelidikan perdagangan seks yang sedang berlangsung oleh otoritas federal di New York. Dalam penggerebekan itu, polisi menemukan senjata api, amunisi, dan lebih dari 1.000 botol babby oil.
Saat ini telah muncul ratusan gugatan baru terhadap Diddy. Dilansir dari E! News dan AP, Rabu (2/10/2024), ada 120 orang baru yang mengaku sebagai korban sang rapper. Hal ini disampaikan oleh pengacara dari Houston, Texas, Tony Buzbee yang akan mewakili ratusan korban tersebut.
Buzbee mengungkap korban terdiri dari 60 laki-laki dan 60 perempuan. Di antara mereka, 25 di antaranya diklaim masih di bawah umur, bahkan berusia sembilan tahun saat insiden yang dituduhkan terjadi. Rentang waktunya begitu panjang, yakni dari tahun 1991 hingga tahun ini.
Erica Wolff, seorang pengacara yang mewakili Diddy mengatakan rapper tersebut membantah semua tudingan seraya mengatakan bahwa gugatan itu adalah "salah dan merupakan pencemaran nama baik."
Rapper yang beberapa kali mengubah nama artisnya demi mengubah citra dirinya itu, saat ini ditahan di Pusat Penahanan Metropolitan di Brooklyn, New York City.
Tim hukum Diddy sempat menawarkan 50 juta dollar AS (sekitar Rp756 miliar), ekuitas rumah ibunya di Florida, dan paspor putri-putrinya sebagai jaminan untuk bisa mendapat tahanan luar, tetapi ditolak.[]