PBB Khawatir Situasi di Gaza, Tak Ada Tempat Aman di Sana
“Tingkat pertempuran dan kehancuran di Gaza sangat ekstrem dan tidak bisa dibenarkan. Di mana-mana ada potensi zona pembunuhan,” kata Guterres melalui akun X (dulu Twitter), Selasa, 17 Juli 2024.

Warga Palestina memeriksa kerusakan di lokasi yang terkena serangkaian pengeboman Israel di Khan Younis, Jalur Gaza selatan.(Foto: AP)
PINTOE.CO - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengungkapkan kekhawatirannya tentang situasi di Jalur Gaza, dia mengatakan bahwa "tidak ada tempat yang aman" di wilayah yang terkepung tersebut.
“Tingkat pertempuran dan kehancuran di Gaza sangat ekstrem dan tidak bisa dibenarkan. Di mana-mana ada potensi zona pembunuhan,” kata Guterres melalui akun X (dulu Twitter), Selasa, 17 Juli 2024.
Dia mengajak semua pihak yang berkonflik untuk menunjukkan keberanian dan kemauan politik untuk mencapai kesepakatan damai.
Juru bicara Guterres, Stephane Dujarric, menambahkan bahwa PBB mengingatkan semua pihak untuk menghormati hukum humaniter internasional dan selalu berhati-hati untuk melindungi warga sipil dan objek sipil.
“Kami dan mitra kemanusiaan kami terus membantu keluarga yang mengungsi dari Gaza utara ke daerah di selatan,” kata Dujarric kepada wartawan.
Dujarric juga menyampaikan bahwa setiap arahan evakuasi baru memaksa keluarga-keluarga di Gaza membuat pilihan yang sulit: tetap di tengah pertempuran aktif atau melarikan diri ke daerah yang minim fasilitas.
"Tidak ada tempat yang aman di Gaza. Tidak ada tempat bernaung, tidak ada rumah sakit, dan tidak ada zona kemanusiaan,” tegasnya.
Sementara itu, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan bahwa pembersihan puing-puing di Gaza akibat serangan Israel akan memakan waktu hingga 15 tahun.
UNRWA memperkirakan bahwa ada sekitar 40 juta ton puing-puing perang yang harus dibersihkan, yang akan membutuhkan lebih dari 100 truk dan biaya lebih dari 500 juta dolar Amerika (sekitar Rp8,10 triliun).
"Puing-puing tersebut berbahaya karena bisa mengandung persenjataan yang belum meledak dan zat-zat berbahaya," tambah UNRWA.
Radio Angkatan Darat Israel melaporkan bahwa sejak 7 Oktober lalu, pesawat tempur Israel telah menjatuhkan sekitar 50 ribu bom di Gaza, dengan 2-3 ribu bom yang belum meledak.
Israel menghadapi kecaman internasional karena terus melanjutkan serangan brutal di Gaza sejak 7 Oktober, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang meminta gencatan senjata segera.
Hampir 38.700 warga Palestina telah tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 89 ribu orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat. Gaza juga hancur karena blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militer di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina berlindung sebelum diinvasi pada 6 Mei.[]