AS Tekan Israel dengan Resolusi Gencatan Senjata PBB di Gaza
Sebuah pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepala intelijen Mossad Israel David Barnea akan melakukan perjalanan ke Qatar.

Ilustrasi: BBC
PINTOE.CO - Kepala intelijen Israel, Mossad, dijadwalkan melakukan perjalanan ke Qatar pada hari Jumat (22 Maret 2024) untuk melakukan perundingan gencatan senjata. Di sisi lain, Amerika Serikat meningkatkan tekanan terhadap Israel dengan rencana mengajukan resolusi menyerukan gencatan senjata segera di Gaza melalui pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB.
Dilansir Reuters, Jumat (22 Maret 2024), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Kamis di Kairo bahwa dia yakin pembicaraan yang dimediasi oleh AS, Qatar dan Mesir masih dapat mencapai kesepakatan gencatan senjata antara kelompok militan Palestina Hamas dan Israel.
Perundingan di Qatar berpusat pada gencatan senjata sekitar enam minggu yang akan memungkinkan pembebasan 40 sandera Israel sebagai imbalan atas ratusan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel, membuka jalan bagi lebih banyak bantuan untuk memasuki daerah kantong di mana kelaparan terjadi karena kekurangan pangan yang ekstrem.
“Negosiator terus bekerja. Kesenjangan semakin menyempit, dan kami terus mendorong tercapainya kesepakatan di Doha. Masih ada pekerjaan sulit untuk mencapainya. Namun saya tetap yakin hal itu mungkin terjadi,” kata Blinken.
Poin utama yang menjadi kendala adalah Hamas mengatakan mereka akan membebaskan sandera hanya sebagai bagian dari kesepakatan yang akan mengakhiri perang, sementara Israel mengatakan mereka hanya akan membahas jeda sementara.
Seorang pejabat Palestina yang mengetahui upaya mediasi tersebut, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan kepada Reuters bahwa Hamas telah menunjukkan fleksibilitas. Israel “terus mengurungkan niatnya karena tidak ingin berkomitmen untuk mengakhiri perang di Gaza,” kata pejabat itu.
Sebuah pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepala intelijen Mossad Israel David Barnea akan melakukan perjalanan ke Qatar pada hari Jumat untuk bertemu dengan mediator.
Sementara itu, Israel mengatakan pihaknya memperkirakan akan melanjutkan serangan terhadap rumah sakit Al Shifa di Kota Gaza selama beberapa hari lagi. Fasilitas tersebut, dimana warga melaporkan tank, tembakan dan api pada hari Kamis, adalah satu-satunya fasilitas medis yang berfungsi sebagian di bagian utara daerah kantong tersebut dan telah diserang selama empat hari.
Israel mengatakan kelompok bersenjata Hamas bertahan di kompleks medis, namun Hamas membantahnya. Israel mengklaim telah membunuh 150 pejuang dan menangkap 358 militan di dalam dan sekitar rumah sakit dalam beberapa hari terakhir.
Amerika Tingkatkan Tekanan terhadap Israel
Washington, yang biasanya melindungi Israel di PBB, secara bertahap memberikan tekanan lebih besar kepada sekutu lamanya, dan rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB menandai tindakan yang lebih keras.
Pergeseran ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya kecaman global terhadap perang yang telah berlangsung selama lima bulan, kematian warga sipil Palestina, penolakan politik dalam negeri terhadap sikap Presiden AS Joe Biden, dan kemungkinan terjadinya kelaparan akibat ulah manusia di Gaza.
Naskah PBB yang menunggu pengesahan, seperti dilihat oleh Reuters, menyebut “gencatan senjata segera dan berkelanjutan” yang berlangsung sekitar enam minggu akan melindungi warga sipil dan memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Pada awal perang, AS menolak kata gencatan senjata dan memveto tindakan yang mencakup seruan untuk segera melakukan gencatan senjata.
Resolusi baru tersebut menyatakan dukungan terhadap perundingan di Qatar, pembebasan sandera Israel dan pembebasan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Kedutaan Besar Israel di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Untuk disahkan di Dewan Keamanan, sebuah resolusi memerlukan setidaknya sembilan suara setuju dan tidak ada veto dari AS, Prancis, Inggris, Rusia atau Tiongkok. Para pemimpin Uni Eropa juga mengeluarkan seruan untuk segera melakukan gencatan senjata pada hari Kamis.
AS menginginkan dukungan Dewan Keamanan untuk gencatan senjata dikaitkan dengan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza. Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 253 orang, menurut penghitungan Israel.
Serangan Israel telah menewaskan hampir 32.000 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan Gaza.[]