Bupati Aceh Timur bertekad akan terus menceritakan watak-watak buruk Sukarno kepada kaum muda.

Bupati Aceh Timur Benci Sukarno

Karikatur karya Wim van Wieringen yang menyindir lengsernya Sukarno dari kekuasaan (1967) | Sumber: arsip IISG

Para pedagang koran di Aceh Timur untung besar setelah Sukarno meninggal dunia. Kabar kematian Sukarno pada 21 Juni 1970 membuat penjualan koran jadi laris manis. Banyak orang Aceh Timur membeli koran, lalu membahas berita yang mereka baca.

Mohamad Nurdin, Bupati Aceh Timur, memantau reaksi warganya atas berita-berita kematian Sukarno. Ia melihat berita kematian itu justru membuat banyak orang Aceh Timur mengungkit kembali berbagai keburukan yang dibuat Sukarno di masa lalu. 

Warga Aceh Timur menilai Sukarno adalah diktator. Sukarno membiarkan berlangsungnya bermacam kejahatan kemanusiaan selama operasi militer untuk menumpas pemberontakan Darul Islam Aceh (DI/TII). Selama operasi tersebut, banyak penduduk Aceh Timur disiksa, dibunuh, dan diperkosa. Kenangan menyakitkan ini selalu dihubungkan dengan Sukarno selaku presiden ketika itu semua terjadi.

Bagi warga Aceh Timur, keburukan terbesar Sukarno adalah kedekatannya dengan komunisme dan PKI. Umumnya warga memahami komunisme sebagai ideologi antiagama dan PKI sebagai partai politik anti-Tuhan. Hubungan Sukarno dengan komunisme dan PKI lebih banyak dibahas penduduk Aceh Timur ketimbang persoalan lain.

Dua minggu setelah Sukarno meninggal dunia, Menteri Dalam Negeri Amir Machmud mengirim surat nomor SUS.1/1/17 ke Aceh. Dalam surat ini, ia memerintahkan seluruh bupati dan wali kota untuk melaporkan tanggapan warga di daerah masing-masing atas berita kematian Sukarno. Bupati Nurdin yang sebelumnya hanya mendengar pendapat-pendapat warga Aceh Timur, kali ini mulai mencatatnya.

Laporan tanggapan warga Aceh Timur atas kematian Sukarno selesai pada 10 Juli 1970, tiga belas hari setelah Mendagri Amir Machmud mengirim surat perintah. Bupati Nurdin menyajikan catatan hasil pemantauannya dalam surat nomor 107/Rahasia (Arsip DPKA, nomor: AC06-403/72).

Laporan rahasia itu mengungkapkan rasa benci warga Aceh Timur terhadap Sukarno karena dekat dengan PKI: “Masjarakat sangat membentji atas sikap perbuatan Dr. Ir. H. Soekarno jang pernah bertindak sebagai seorang diktator dan jang telah membawa Negara Republik Indonesia ke djurang kebangkrutan dan hidup suburnja kaum Anti Tuhan”.

Bupati Nurdin juga menjelaskan bahwa meskipun warga Aceh Timur membenci Sukarno, mereka tetap bersedia mengibarkan bendera setengah tiang tujuh hari berturut-turut. Kesediaan ini merupakan tanda belasungkawa sekaligus bentuk penghormatan atas Sukarno yang pernah berjuang memerdekakan Indonesia. 

Sebagai pejuang kemerdekaan, Sukarno harus dimuliakan. Namun sebagai manusia yang berkepribadian buruk, Sukarno tak patut diletadani. Bupati Nurdin sependapat dengan warganya. Bahkan, ia bertekad akan terus menceritakan watak-watak buruk Sukarno kepada generasi penerus Aceh Timur. 

Kepribadian dan sikap Soekarno dalam kehidupan pribadinja sebagai manusia, perlu sekali didjelaskan kepada anak-tjutju kita untuk tidak diteladani dan diikuti,” tulis Bupati Nurdin dalam laporannya.[]

sukarno sukarno dan aceh