Eksekusi Mati Uleebalang Kebal Peluru
Teuku Ibrahim tidak mati setelah ditembak dan ditebas dengan parang.
Ilustrasi eksekusi mati | Sumber: thenation.com
PINTOE.CO - Pembunuhan massal terhadap para hulubalang anti-Republik meletus di Aceh seusai proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cerita-cerita pembunuhan pada masa tersebut mengungkapkan kisah kekerasan serta hal-hal mistis yang tak bisa dijelaskan dengan logika.
Dalam buku autobiografinya yang berjudul Peristiwa Kemerdekaan di Aceh (1990), Abdullah Hussain (mantan Kepala Polisi Langsa) menceritakan kisah aneh tentang Teuku Ibrahim. Teuku Ibrahim adalah hulubalang asal Cunda, Lhokseumawe, yang ditangkap pejuang kemerdekaan di Langsa dalam operasi pembersihan terhadap “anasir-anasir yang mau mencoba menurunkan bendera Merah-Putih”.
Oleh “pengadilan rakyat” yang dibentuk di Langsa, Teuku Ibrahim dinyatakan bersalah karena terbukti membentuk gerakan bawah tanah untuk menyerang PUSA, sebuah organisasi ulama di Aceh yang pro-Republik. Selama mempersiapkan gerakan rahasianya, Teuku Ibrahim sering bolak-balik Langsa-Lhokseumawe. Motifnya hendak menghancurkan PUSA karena dendam.
“Tindakan yang dilakukan Teuku Ibrahim ini disebabkan karena ingin membalas dendam terhadap penculikan dan pembunuhan pamannya,” sebut Abdullah Hussain.
Pengadilan tersebut kemudian menjatuhkan vonis hukuman mati kepada Teuku Ibrahim. Eksekusi akan mati akan dilakukan di sebuah bukit kecil dekat Panton Labu. Di tempat tersebut sudah digali lubang untuk menguburkan mayat Teuku Ibrahim.
Setibanya di lokasi, para algojo langsung melaksanakan eksekusi. Tetapi ketika Teuku Ibrahim ditembak, peluru pistol tak menembus kulitnya. Pelor tidak mempan. Para algojo kemudian memakai metode lain, yakni menusuk serta menebas-nebas Teuku Ibrahim dengan parang. “Itu pun tidak juga lut,” kata Abdullah Hussain.
Setelah eksekusi gagal, Teuku Ibrahim bertanya kepada algojo: “Benarkah saya ini bersalah?” Algojo menegaskan bahwa Teuku Ibrahim memang bersalah dan ia harus dibunuh hari itu juga.
“Kalau begitu, tembaklah saya di sini,” kata Teuku Ibrahim sebelum membuka mulutnya. Algojo lalu memasukkan pistol ke dalam mulut Teuku Ibrahim. Ujung pistol diletakkan tepat di depan anak lidah atau ujung kerongkongan.
“Ketika itulah pelor baru menembusi kepalanya sampai ke belakang dan ia pun mati. Mayatnya digotong ke dalam lubang itu lalu ditimbun. Kata orang, tempat itu sekarang berhantu!” tulis Abdullah Hussain.[]