Tentara Jepang membangun terowongan bawah tanah untuk menghadang invasi Amerika Serikat saat Perang Dunia II. Ampuh membendung serbuan senjata berat.

Iwo Jima, Saksi Perang Jepang Melawan Amerika

Monumen Iwo Jima | Foto: Tripadvisor

PINTOE.CO - Berdiri di bibir pantai yang dipenuhi pasir hitam, Letnan Jenderal Tadamichi Kuribayashi memandang ke arah laut lepas. Di dekatnya terpajang sejumlah senjata artileri. Pandangannya lantas berpindah ke kawasan Gunung Suribachi. Lalu dia berseru, “Pindahkan senjata-senjata ini ke perbukitan. Tak ada gunanya menghadang mereka di tepi pantai.”

Perintah Kuribayashi ditentang perwira militer lain. Teori militer mengatakan, lawan harus dihadang pada kesempatan pertama di lokasi pendaratan: bibir pantai. Tapi Kuribayashi punya pandangan lain. Baginya, dengan persenjataan terbatas, menghadang musuh di garis depan sama saja dengan bunuh diri. Itu sebabnya ia memilih jalan lain. Walhasil, senjata-senjata pun dipindahkan ke areal perbukitan.

Adegan itu muncul dalam Letters from Iwo Jima, film yang merekonstruksi pertempuran paling berdarah selama Perang Dunia II. Disutradarai oleh Clint Eastwood pada 2006, film itu menyajikan pertempuran Iwo Jima dari sudut pandang tentara Jepang.

Kuribayashi adalah Jenderal Jepang yang mendapat tugas mempertahankan Iwo Jima dari serbuan Amerika Serikat. Ketika mendarat di sana pada 10 Juni 1944, Kuribayashi langsung memerintah membangun bunker-bunker dan terowongan bawah tanah sebagai benteng pertahanan di atas perbukitan. Terowongan itu panjangnya 5.000 meter dan terhubung satu sama lain seperti jaring laba-laba.  

Berjarak sekitar 600 mil dari daratan, Iwo Jima adalah pintu masuk bagi Amerika untuk menyerang Jepang. Itu sebabnya, bagi Amerika, menguasai Iwo Jima berarti memenangkan pertempuran.

Pertempuran pecah pada 19 Februari 1945. Pukul 09.00 pagi, kapal-kapal perang Amerika yang membawa 60 ribu marinir menembakkan rudalnya dari tengah laut. Serangan juga dilancarkan dari udara. Iwo Jima dibombardir dari laut dan udara.

Ketika mendarat di pantai, pasukan Amerika terkaget-kaget karena tidak menemukan lawannya. Bibir pantai kosong melompong. Sementara tentara Jepang menunggu saat yang tepat untuk menyerang. Saat marinir Amerika semakin dekat ke arah perbukitan, barulah tentara Jepang menyerang dari lubang-lubang rahasia bawah tanah yang digali di perut Iwo Jiwa. Tentara Amerika dibikin kalang kabut. Mereka seperti berhadapan dengan hantu yang tak terlihat wujudnya.

Sejarah mencatat, Amerika menghadapi lawan tangguh di Iwo Jima. Amerika yang awalnya memperkirakan hanya butuh beberapa hari merebut Iwo Jima, baru memenangkan pertempuran 35 hari kemudian. Pada 26 Maret 1945, Iwo Jima berhasil direbut.

Meski memenangkan pertempuran, Amerika kehilangan 6.821 tentaranya. Sementara 20 ribu lainnya terluka parah. Di pihak Jepang, dari 22 ribu tentara, hanya 216 orang yang tersisa. Jenderal Kuribayashi memilih bunuh diri ketika pasukannya kian menciut.

Lima puluh delapan tahun setelah perang berdarah-darah itu, pada 2003,  sekitar 3000-an veteran perang Amerika yang pernah bertaruh nyawa di Iwo Jima kembali menginjakkan kakinya di sana; mengenang perang paling dahsyat yang pernah mereka alami.

Salah satunya adalah Kapten Haynes. Ketika kembali ke Iwo Jima, Haynes berusia 81 tahun.  "Iwo Jima tidak punya lini depan, tidak ada belakang, setiap inci adalah medan pertempuan. Kami dihadapkan dengan pertahanan yang dibangun selama bertahun-tahun," kata Haynes seperti dilansir military.com.

"Itu pertempuran yang sangat kompleks. Mereka membangun pertahanan bawah tanah. Dari sana, tentara Jepang dapat menyergap musuh dari mana saja: celah-celah gua, maupun lubang laba-laba," kenang Haynes.

Pensiunan Kolonel Thomas M. Field mengenang pertempuran Iwo Jima sebagai perang paling dahsyat yang pernah dialaminya. "Saya pernah berperang di Solomon dengan penyergapan licik dan pertempuran di hutan, tapi Iwo Jima adalah perang jenis lain. Pada hari ke delapan, hanya dua orang yang tersisa dari batalion kami," kata Thomas.

Ia melanjutkan, “Ketika menaiki bukit untuk menemukan musuh, tiba-tiba mereka menyerang dari samping atau belakang. Orang Jepang tidak di Iwo Jima, mereka berada di dalamnya.”

Kini Jepang dan Amerika merawat sejarah mereka di Iwo Jima. Amerika membangun sebuah monumen di sana. Sementara Jepang, tidak mengusik peninggalan bersejarah di Iwo Jima. Terowongan-terowongan pertahanan bawah tanah masih terawat hingga kini. Sebuah agen perjalanan menjual pesona sejarah Iwo Jima untuk mereka yang ingin menapak tilas peninggalan Perang Dunia II itu.

Tampaknya, mereka paham benar, sejarah adalah cermin untuk berkaca.[]

iwojima perang amerika jepang pariwisata sejarahdunia wisatasejarah