Dibuat di Langsa, Terkenal Sampai ke Jepang
Dari UMKM bermodal Rp200 ribu, kini Sundari sudah mampu mendirikan sebuah perusahaan bernama PT. Mayoni Berkah Sejahtera.
Sundari memegang produk Mayoni Cocho | Foto: Pintoe.co/Opelia Ika Sahara. Mt
PINTOE.CO - Suatu hari di 2019, Sundari terjebak di antara sebuah kebutuhan dengan satu keinginan. Ia harus membayar uang sewa rumah sebesar enam juta rupiah. Tetapi di sisi lain, ia pun ingin memulai sebuah bisnis baru. Sayangnya, tabungan Sundari pas-pasan. Tak ada modal untuk mewujudkan bisnis yang ia bayangkan.
Setelah menimbang-nimbang, Sundari akhirnya membuat keputusan berani. Ia mencomot Rp200.000 dari tabungannya. Sundari yakin nanti bisnis rumahannya akan menghasilkan pendapatan lebih besar. Maka begitu modal ada, mulailah ia membeli bahan baku serta peralatan.
Produk yang Sundari buat ialah cokelat serbaneka bentuk atau karakter. Ada yang bentuk kucing, kelinci, atau rencong. Dikemas dengan brand Mayoni Cocho. Asal usul nama produk ini unik, yakni diambil dari rengekan anak-anak yang kerap minta cokelat dengan kalimat “mau ini coco”.
Di pasaran, Mayoni Cocho harus berhadapan dengan banyak produk cokelat ternama yang sudah populer pula di kalangan anak-anak. Namun, Sundari cerdik. Ia tak semata mengandalkan toko-toko swalayan untuk memasarkan produknya. Ia lebih mengutamakan promosi lewat Instagram. Di media sosial itu, Sundari secara rutin mengepos cokelat-cokelat unik buatannya.
Mula-mula, pembeli masih sebatas di kawasan Kota Langsa. Namun dalam waktu cepat, metode pemasaran online ini segera menarik minat konsumen dari provinsi lain. Di tahun-tahun berikutnya, orderan atau pembelian terus tumbuh signifikan. Sundari berhasil mengantongi puluhan hingga ratusan juta per bulan. Puncak orderan terjadi tahun 2022.
“Waktu 2022 banjir orderan itu sampai omzet Rp350 juta per bulan,” ungkap Sundari ketika dijumpai Pintoe.co di pameran Karya Nyata Festival BUMN, Banda Aceh, 2 Juni 2024 lalu.
Membeludaknya permintaan Mayoni Cocho waktu itu dipengaruhi oleh perubahan situasi pascapandemi. Setelah Covid-19 mereda, penjualan secara langsung di toko-toko swalayan mulai lebih berkembang. Ditambah lagi banyaknya pameran-pameran produk UMKM di berbagai daerah. Lewat pameranlah Mayoni Cocho semakin dikenal luas, sampai akhirnya mendapat perhatian konsumen luar negeri.
Mayoni Cocho kini telah mendunia. Produk ini sudah diekspor ke beberapa negara seperti India, Malaysia, atau Jepang. Para konsumen luar negeri ada yang membeli untuk konsumsi pribadi, hadiah kepada kerabat, atau untuk dijual lagi. Kebanyakan pembeli dari luar negeri adalah reseller.
Dalam periode 2022 hingga 2024, penjualan Mayoni Cocho ke luar negeri mencapai seratus kilogram. Untuk pengiriman, Sundari memanfaatkan teman-teman yang akan berangkat ke Jepang sehingga ongkirnya tak terlalu mahal.
Karena permintaan meningkat, tentu kebutuhan akan bahan baku cokelat pun naik. Sundari membeli cokelat dari dua pabrik di Jawa: PT. Freyabadi dan PT. Gandum Kencana Mas. Hanya saja, belakangan harga cokelat terus naik.
“Ini membuat kami terkadang susah menentukan harga pokok penjualan,” ungkap Sundari seraya mengeluhkan kelesuan perdagangan yang ditandai tidak stabilnya daya beli masyarakat.
Dari UMKM bermodal Rp200 ribu, kini Sundari sudah mampu mendirikan sebuah perusahaan bernama PT. Mayoni Berkah Sejahtera. Produknya pun bukan lagi cuma cokelat karakter. Kini, Sundari turut memperoduksi Bociro Kue, Fanikuki Kukis Karakter, dan sedotan brand minuman. Dalam memproduksi produk-produk ini, Sundari mempekerjakan dua karyawan. Namun ketika akan berpatsisipasi dalam festival atau pameran besar, ia merekrut beberapa pekerja musiman guna mempercepat produksi.
Setelah bisnisnya berkembang, Sundari mulai memadukan bisnis dengan kegiatan edukasi. Ia membuka kursus pembuatan cokelat karakter bagi anak-anak. Dalam program fun education ini, setiap peserta dikenai biaya Rp20.000 per orang. Dengan durasi kursus selama empat puluh menit.
“Saya belajar bikin cokelat secara autodidak dan saat ini juga membuka kursus pelatihan cokelat karakter baik online maupun offline. Jadi setiap Jumat dan Sabtu pelatihannya,” Sundari menjelaskan.
Sundari berharap, ke depan semakin banyak perempuan yang sukses di bidang wirausaha. Untuk itulah ia membagikan pengetahuan atau keterampilannya kepada anak-anak muda.[]