ChatGPT dapat diintegrasikan dalam bidang-bidang tertentu guna mempercepat proses yang melelahkan dan mempermudah pekerjaan dokter.

Karena Sudah Ada ChatGPT, Apakah Kita Masih Membutuhkan Dokter?

Dokter vs ChatGPT (Oatmeal Health)

PINTOE.CO - Ketika Anda pusing, sesak napas, atau sakit perut, cobalah cari cara menyembuhkannya di ChatGPT. Misalnya, Anda bisa memasukkan perintah: "Obat apa yang harus saya minum ketika sesak? atau "Beritahu cara menghilangkan pusing".

Dalam hitungan detik, ChatGPT akan menghadirkan sebuah penjelasan mengenai apa yang harus Anda lakukan. Jawaban yang diberikan ChatGPT bahkan bisa agak panjang sehingga kita memiliki beberapa opsi pengobatan. ChatGPT tampak seperti dokter sungguhan yang menuliskan penjelasan serta "resep".

Jika jawaban ChatGPT tentang penyakit kita sudah lumayan baik, pertanyaannya: apakah kita masih perlu berkonsultasi atau berobat ke dokter?

Sebuah penelitian yang dilakukan Dr. Arun Thirunavukarasu dari Cambridge Universtiy menemukan fakta bahwa ChatGPT-4 OpenAI secara signifikan lebih cerdas daripada para dokter muda. Dalam sebuah tes, dokter muda dan ChatGPT diuji tingkat kecerdasannya. Hasilnya, ChatGPT memperoleh skor 69 persen, sedangkan dokter muda hanya meraih 43 persen.

Dikutip dari Wired, Dr. Arun menegaskan bahwa dokter tidak akan pernah tergantikan oleh ChatGPT dan chatbot lainnya. AI tidak akan memimpin dokter dalam penanganan atau operasi pasien. Dokterlah yang tetap akan memimpin.

“Bahkan dengan mempertimbangkan penggunaan AI di masa depan, saya percaya dokter akan tetap memimpin dalam perawatan pasien. Hal yang paling penting adalah memberi kekuatan kepada pasien untuk memutuskan apakah mereka ingin melibatkan sistem komputer atau tidak. Keputusan itu akan menjadi pilihan individu masing-masing pasien,” ungkap Dr. Arun.

Menggantikan dokter dengan ChatGPT untuk pengobatan merupakan tindakan berbahaya. Dalam jurnal Radiology, Dr. Paul Yi dan beberapa peneliti lainnya mengungkapkan bahwa mereka mengajukan pertanyaan seputar kesehatan kepada ChatGPT. Masing-masing pertanyaan diajukan dua kali. 

Hasilnya, ChatGPT memberikan dua jawaban yang berbeda dan tidak konsisten untuk pertanyaan yang sama. Lebih parah lagi, ChatGPT menyertakan referensi dari jurnal palsu untuk membuat jawabannya meyakinkan.

“Dalam pengalaman kami, ChatGPT terkadang menciptakan artikel jurnal atau konsorsium kesehatan palsu untuk mendukung klaimnya. Masyarakat harus menyadari bahwa teknologi ini masih baru dan belum terbukti sehingga mereka tetap harus bergantung pada dokter untuk mendapatkan nasihat kesehatan,” kata Dr. Paul Yi seperti dikutip dari Wired.me.

Dr Hidde ten Berg dan Dr. Steef Kurstjens melakukan sebuah penelitian. Mereka mengungkap sisi positif dan negatif ChatGPT. Di satu sisi, ChatGPT “tidak dapat menjamin privasi dan kerahasiaan pasien seperti yang dilakukan dokter manusia”. Di sisi lain, ChatGPT bisa membantu dokter mempercepat proses kerja.

“Penting untuk diingat bahwa ChatGPT bukan perangkat medis. Dan ada kekhawatiran tentang privasi saat menggunakan ChatGPT dengan data medis. Namun, teknologi ini memiliki potensi untuk menghemat waktu dan mengurangi waktu tunggu di departemen gawat darurat,” mereka menjelaskan.

ChatGPT masih memerlukan pengembangan lebih lanjut agar bisa berfungsi secara tepat. Namun untuk saat ini, ChatGPT dapat diintegrasikan dalam bidang-bidang tertentu guna mempercepat proses yang melelahkan dan mempermudah pekerjaan dokter.

Misalnya, dalam hal perawatan atau kesehatan kulit. Dalam pertemuan tahunan Society for Pediatric Dermatology pada 14 Juli 2024 lalu, Dr. Albert Yan, seorang dokter spesialis kulit anak, mempresentasikan betapa bermanfaatnya ChatGPT dalam mempercepat proses kerjanya.

Ia menjelaskan, kecerdasan buatan generatif dapat membantu dokter kulit menjalankan berbagai aspek pekerjaan dengan lebih cepat dan mudah. Dalam layanan kesehatan, AI scribes adalah inovasi baru yang dapat digunakan oleh dokter. Secara tradisional, scribes adalah asisten dokter yang membantu mencatat catatan pasien ke dalam rekam medis elektronik, tetapi proses ini dapat disederhanakan dengan alat baru ini.

“Ada sebuah studi yang meneliti penggunaan scribes berbasis AI untuk klinisi. Hasilnya, pengguna menghemat sekitar satu hingga satu setengah jam per hari dari waktu yang dihabiskan untuk mengetik di rekam medis elektronik. Semakin sering digunakan, semakin banyak waktu yang dapat dihemat dari proses pencatatan,” kata dia seperti dikutip dari AJMC.

Dr. Yan juga memaparkan bahwa para dokter jangan hanya meminta ChatGPT untuk melakukan apa mereka inginkan. “Tetapi juga memberitahu apa yang tidak Anda inginkan,” kata Dr. Yan dalam presentasinya.

ChatGPT bisa memberikan penjelasan yang cukup panjang untuk pertanyaan yang bersifat umum. Oleh karenanya, dokter harus menentukan pertanyaan atau perintah yang spesifik kepada ChatGPT. Meminta AI untuk memberikan langkah-langkah secara rinci juga dapat meningkatkan akurasi menghasilkan jawaban yang lebih singkat dan tepat.

AI generatif juga dapat digunakan untuk membuat surat medis penting dan memberikan referensi kepada pasien untuk membantu mereka memahami diagnosis mereka. Namun, Dr. Yan memperingatkan bahwa meskipun ini dapat menghemat waktu dokter, terdapat risiko kesalahan besar, seperti referensi palsu yang dibuat oleh ChatGPT.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ChatGPT tidak boleh dipakai untuk menggantikan peran dokter. Setiap orang harus mendatangi dokter apabila sakit, bukan hanya meminta penjelasan dari ChatGPT. Sementara itu, dokter dapat menggunakan ChatGPT untuk mendukung upaya pengobatan yang dilakukan, namun tetap harus dengan hati-hati.

chatgpt chatgpt indonesia chatgpt menggantikan dokter dokter chatgpt chatgpt bidang kesehatan