Di Dunia, Bangsa Indonesia Adalah yang Paling Banyak Menelan Plastik
Mikroplastik adalah partikel plastik yang bentuknya sangat kecil. Wujudnya tidak kasatmata dan sangat mudah tertelan.

Profesor Emenda Sembiring dari ITB | Foto: Asia-Pacific Network for Global Change Research
PINTOE.CO - Dalam orasi ilmiahnya yang ditayangkan kanal YouTube ITB pada 3 Juli 2024 lalu, Profesor Emenda Sembiring mengungkapkan bahwa di antara bangsa-bangsa di dunia, bangsa Indonesia adalah yang paling banyak menelan partikel mikroplastik. Di posisi kedua dan ketiga adalah warga Malaysia dan Filipina.
Menurut studi, sebanyak 52 juta partikel mikroplastik ditelan oleh orang Indonesia setiap bulannya. Dalam berat, itu berarti sekitar 15 gram. Data ini dikutip Emenda dari riset yang dikerjakan Fengqi You dan Xiang Zhao dari Cornell University, Amerika Serikat, tahun ini.
Mikroplastik adalah partikel plastik yang bentuknya sangat kecil. Wujudnya tidak kasatmata dan sangat mudah tertelan.
Emenda menyampaikan, masalah penanganan sampah menjadi salah satu pemicu. Timbulan sampah plastik di Indonesia sekitar 10.247.713 ton/tahun. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 39 persen atau setara 4 juta ton yang terkelola. Sementara 5 persen atau setara 601 ribu ton dibuang sembarang, dan 47 persen atau 4,8 juta ton dibakar dan ditimbun.
"Sampah ini pada akhirnya akan tercecer ke lingkungan. Plastik akan dominan terlihat banyak di lingkungan karena plastik mempunyai sifat yang tahan lama dan persisten. Sampai yang berukuran makro akan berubah menjadi berukuran mikro," kata Emenda.
"Ada yang disebut megaplastik lebih besar dari 100 millimeter, makroplastik lebih besar dari 20 milimeter, mesoplastik 20-5 millimeter, mikroplastik antara 1 mikrometer-5 millimeter, dan nanoplastik lebih kecil dari 1 mikro meter," jelasnya.
Semakin kecil ukuran mikroplastik, kata Emenda, semakin mudah partikel plastik ini diserap oleh manusia dan biota lainnya.
"Pemahaman tentang kondisi keberadaan mikroplastik menarik perhatian kami, sehingga kami banyak melakukan penelitian tentang keberadaan sampah plastik terutama sungai dan pesisir," katanya