Dia mengatakan kelas menengah tidak jatuh ke dalam kemiskinan, tetapi bergeser ke kelompok rentan miskin.

Kelas Menengah Makin Terhimpit, Ekonom: Pentingnya Literasi Keuangan dan Investasi

Populasi kelas menengah Indonesia dinyatakan menurun, sementara kelompok "aspiring middle class" bertambah I Foto: ANTARA/ Akbar Nugroho Gumay

PINTOE.CO - Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda menyoroti tantangan yang dihadapi kelas menengah, termasuk kebijakan pemerintah yang kurang mendukung pertumbuhan kelas menengah.

"Kelas menengah saat ini terhimpit akibat kenaikan tarif PPN, harga BBM, dan inflasi sehingga daya beli mereka melemah," ujar Nailul dikutip dari CNBC Indonesia.

Dia mengatakan kelas menengah tidak jatuh ke dalam kemiskinan, tetapi bergeser ke kelompok rentan miskin. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan ruang ekonomi lebih besar dengan mempertahankan subsidi dan menunda kenaikan pajak.

"Saya menilai kelas menengah ini dia tidak naik ke atas, tapi tidak terlalu jeblok ke bawah, yakni ke golongan miskin. Kelas menengah itu ternyata dapat dikatakan pindah dari kelas menengah ke rentan miskin. Selama pandemi COVID-19, bantuan sosial lebih banyak diterima oleh kelas miskin, sementara kelas menengah justru berjuang untuk bertahan di tengah penurunan pendapatan. Selain itu, kenaikan PPN di tahun 2025 juga bisa semakin mempersulit keadaan," ungkapnya.

Nailul menilai pertumbuhan pendapatan masyarakat kelas menengah hanya sekitar 1,5 persen, jauh di bawah laju kenaikan harga barang. Akibatnya, banyak dari mereka yang mulai terpaksa menggunakan tabungan untuk menjaga pola konsumsi tetap berjalan. Ini menunjukkan betapa rentannya posisi kelas menengah dalam menghadapi tekanan ekonomi.

Dia menyarankan agar pemerintah menunda kenaikan tarif PPN dan mempertahankan subsidi. Menurutnya, langkah ini bisa memberikan ruang bagi kelas menengah untuk bernapas dan memulihkan kondisi keuangan mereka di tengah tantangan yang ada.

Di sisi lain, Huda juga menekankan pentingnya literasi keuangan dan investasi bagi masyarakat. Meskipun minat investasi meningkat, banyak orang masih terjebak dalam keputusan yang kurang tepat karena tergoda iming-iming keuntungan besar tanpa memahami risikonya.

Oleh karena itu, kata Huda, masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai investasi agar mereka bisa membuat keputusan yang bijak di tengah situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian ini.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) akhir Agustus lalu, jumlah penduduk yang tergolong dalam kelas menengah mengalami penurunan signifikan dari 57,33 juta pada tahun 2019 menjadi 47,85 juta pada tahun 2024.

Di sisi lain, kelompok "calon kelas menengah" yang rentan terhadap kemiskinan terus bertambah mencapai 137,5 juta jiwa pada tahun 2024, sementara di tahun 2019 mencapai 128,85 juta jiwa.[]

kelas menengah kenaikan pajak investasi