Tersisa 4 Kasus PMK, PJ Gubernur Aceh: Target Nol Kasus
Pemerintah Aceh mengimbau peternak untuk melaksanakan biosekuriti, yaitu pemisahan, pembersihan, desinfeksi, dan pembatasan pergerakan.

Pj. Gubernur Aceh, Safrizal ZA, didampingi Kadis Pertenakan Aceh, Zalsupran, saat melakukan vaksinasi PMK di Gampong Emperom Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh, Kamis (9/1/2025) I Foto: Dok. Humas Pemerintah Aceh
PINTOE.CO - Pj Gubernur Aceh, Safrizal ZA, mengungkapkan saat ini hanya tersisa empat kasus wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan berharap segera nol kasus.
"Target kita tentu saja harus zero case," kata Safrizal dikutip dari Antara pada Jumat, 7 Februari 2025.
Berdasarkan data dan laporan dari Dinas Peternakan (Disnak) Aceh, PMK menyerang 2.692 ternak, 2.635 ekor diantaranya berhasil disembuhkan, 19 ekor dipotong paksa, 34 ekor mati, dan sisa sakit empat ekor di Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Selatan.
“Alhamdulillah, PMK berhasil kita tekan. Berdasarkan data terbaru yang dilaporkan, per hari ini hanya tersisa empat kasus," ujarnya.
Sejak wabah PMK mulai marak kembali di penghujung 2024 lalu, Pemerintah Aceh bersama kabupaten/kota terus berkoordinasi dan mengingatkan masyarakat khususnya peternak agar mewaspadai wabah tersebut dengan melakukan berbagai upaya pencegahan, seperti vaksinasi.
“Jangan lengah, karena kerja-kerja kita adalah kerja tanpa jeda demi memastikan kesehatan ternak warga,” kata Pj Gubernur.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Aceh, Zalsufran, menjelaskan 1.000 dosis vaksin yang dihibahkan Pemerintah Pusat sudah disalurkan 100 persen, sedangkan untuk realisasi vaksin tahap I telah terlaksana 2.846 dosis dan tersisa 3.055 dosis.
“Sesuai arahan Pj Gubernur, penanganan dan pengawasan terus kita lakukan. Termasuk vaksin, masih kita salurkan ke ternak warga,” katanya.
Zalsufran mengatakan sebagai upaya pencegahan, Pemerintah Aceh juga mengimbau peternak untuk melaksanakan biosekuriti, yaitu pemisahan, pembersihan, desinfeksi, dan pembatasan pergerakan.
“Selain sosialisasi biosekuriti, kita juga tetap melakukan pengetatan lalulintas ternak di cek poin yang berada di perbatasan, yaitu Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Subulussalam,” ujarnya.
Tak hanya itu, masyarakat diharapkan turut serta dalam upaya pencegahan PMK dengan rutin memberikan vaksin kepada ternak setiap enam bulan, memeriksanya secara rutin, dan memberikan pakan berkualitas.
Selain itu, selalu bersihkan dan desinfeksi kandang, peralatan, dan kenderaan secara rutin serta mengelola limbah peternakan agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
“Jika menemukan ternak yang sakit dengan gejala air liur berlebih, luka pada mulut dan kuku, pincang atau ambruk, dan hilang nafsu makan, segera laporkan ke Nakeswan,” ujarnya.[]
Editor: Lia Dali