BRIN Terus Berupaya Selamatkan Tumbuhan Terancam Punah
Salah satu tanaman yang terus diperbanyak jumlahnya adalah anggrek.
Para peneliti BRIN sedang meneliti tanaman anggrek | Foto: BRIN
PINTOE.CO - Ada banyak jenis tumbuhan terancam punah di Indonesia. Populasi tumbuhan-tumbuhan itu sudah sedikit atau telah dalam tahapan kritis. Oleh karenanya, Pusat Riset Botani Terapan Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL) milik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berupaya menemukan metode penyelamatan.
Metode tersebut kemudian disebarluaskan lewat pelatihan-pelatihan terkait dengan mikropropagasi tanaman, khususnya tumbuhan terancam kepunahan. Salah satunya kegiatan yang digelar untuk tujuan ini adalah “Bimtek Mikropropagasi Tumbuhan Terancam Punah” pada Agustus 2024 ini.
Kegiatan rutin ini antara lain bertujuan untuk mengembangkan teknologi-teknologi perbanyakan tumbuhan-tumbuhan yang terancam kepunahan. Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh kurang lebih 35 peserta yang berasal dari internal dan eksternal BRIN.
"Alhamdulillah, telah banyak teknologi perbanyakan spesies yang sudah kita kuasai,” kata Muhammad Imam Surya, Kepala PR Botani Terapan ORHL BRIN.
Kegiatan propagasi secara In Vitro dan Ex Vitro merupakan salah satu solusi untuk melakukan perbanyakan tanaman, di mana tidak dibutuhkan eksplan dalam jumlah besar sehingga tidak merusak tanaman induknya.
Salah satu tanaman yang menjadi bahan perbanyakan dalam pelatihan pada kegiatan bimtek adalah anggrek. Jenis anggrek sangat beragam. Terdapat 800 genus, 25.000 spesies, dan 5.000 spesies ada di Indonesia.
Bentuk dan warna bunganya unik, menarik dan indah. Anggrek bisa tahan lama dan tidak mudah layu, perawatannya pun mudah. Saat ini, minat pencinta anggrek meningkat. Kebutuhan untuk pasar regional, nasional dan internasional pun ikut maningkat.
Sebagai upaya untuk perbanyakan tanaman anggrek, tim kelompok riset PR Botani Terapan BRIN memberikan penjelasan dan juga memperagakan bagaimana cara perbanyakan tanaman anggrek dengan teknologi-teknologi yang simpel dan mudah dipahami kepada semua peserta bimbingan teknis dan pelatihan.
Ada beberapa jenis anggrek yang biasa banyak dibudidayakan oleh kalangan pencinta anggek, di antaranya anggrek Dendrobium. Anggrek ini merupakan anggrek yang bersifat epifit di hutan-hutan tropis. Selain Dendrobium, dijelaskan pula mengenai anggrek phalaenopsis atau lebih dikenal dengan anggrek bulan. Anggrek ini merupakan anggrek monopodial, dan menyukai sedikit matahari.
Sebagai upaya pemuliaan tanaman anggrek, dilakukan penyerbukan dan persilangan tanaman anggrek. Pada tanaman anggrek, penyerbukan biasa dengan bantuan serangga.
Bunga anggrek bersifat hermaprodit (berkelamin dua), yaitu polen (serbuk sari) dan stigma (putik) terdapat dalam satu bunga. Sifat kelamin bunga anggrek adalah monoandrae yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat dalam satu bunga, sehingga anggrek merupakan tanaman yang mudah untuk mengalami penyerbukan.
Persilangan buatan pada anggrek bisa dilakukan dengan bantuan manusia, yaitu dengan meletakkan serbuk sari (polen) pada kepala putik (stigma). Persilangan pada anggrek dikenal ada dua macam, yaitu selfing (perkawinan sendiri) dan crossing (perkawinan silang).
Selfing dari anggrek spesies umumnya menghasilkan tanaman homozigot, yaitu mempunyai pasangan genome yang sama dan sifat genetis yang sama dengan induknya, sedangkan selfing dari tanaman anggrek hibrida akan menghasilkan tanaman anggrek beragam dengan variasi sifat genetis dari kedua induknya.
Untuk pencegahan hama dan penyakit pada tanaman anggrek, bisa menggunakan fungisida (dithane, antracol), bakterisida (agrept, folicur, antigermen), dan insektisida (decis, curacron). Misalnya hari Senin semprot dithane, Kamis semprot decis, kemudian Senin semprot lagi dengan agrept.
Untuk penyemprotan di musim hujan, maka, dosis harus dinaikkan dua kali lipat.[]