Peran Artificial Intelligence dalam Pelestarian Warisan Budaya dan Sejarah
Dengan memanfaatkan AI, semua warisan budaya bisa terjaga kelestariannya.
Ketua Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber Anto Satriyo Nugroho | Foto: brin.go.id
PINTOE.CO - Transformasi digital kini telah menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Terlebih lagi dengan hadirnya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Hal itu diungkapkan Ketua Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber (PRKAKS) Anto Satriyo Nugroho.Menurutnya, saat ini intensitas penggunaan AI bisa diandalkan dalam mengelola warisan budaya dan sejarah.
Indonesia memiliki berbagai jenis warisan budaya baik berupa benda seperti lukisan, gambar, cetakan, mozaik, buku, situs sejarah, patung, dan lain sebagainya. Termasuk aatribut tak berbenda seperti tradisi, sejarah lisan, praktik sosial, seni pertunjukkan, keahlian tradisional, dan lain-lain. Dengan memanfaatkan AI, semua warisan budaya bisa terjaga kelestariannya. Caranya adalah melalui pengolahan data lebih lanjut.
“Misalnya lukisan dinding pada batu, tulisan pada daun lontar, atau tarian. Dengan AI, kita bisa mengonversikan data itu ke dalam format digital untuk memudahkan dalam penyimpanan, pengolahan, dan sebagainya,” kata Anto.
AI dapat digunakan untuk menganalisis data gambar atau lukisan cadas. Dengan menggunakan teknik pengolahan citra dan pembelajaran mesin, sistem ini dapat mengidentifikasi pola-pola dalam gambar dan mempelajari karakteristik unik dari setiap gambar atau lukisan. Proses ini nantinya bakal dapat membantu peneliti atau masyarakat dalam memahami sejarah, makna dan nilai budaya dari gambar, atau lukisan pada dinding batu atau cadas termasuk foto yang bernilai sejarah.
Lebih lanjut, AI menjaga kelestarian warisan budaya. “Misalnya riset terhadap gerakan tari para master yang digitalkan untuk dicitrakan. Ini jadi warisan untuk 10 hingga 30 tahun atau lebih untuk generasi berikutnya,” sambung Anto.
Anto memberi contoh peranan lain AI yaitu pada pengolahan manuskrip kuno yang ditulis pada lontar. Bagaimana pentingnya informasi yang tertulis pada manuskrip kuno tersebut bisa berisi catatan sejarah dan kebudayaan. Di dalam manuskrip itu terkandung aturan, resep, teknik pertanian, dan lain-lain. Hal itu bisa dianalisis dengan AI.
Selain itu, bagaimana AI ini bisa membantu dalam proses prediksi cerdas kata dan aksara, restorasi otomatis untuk manuskrip kuno, smart ancient manuscript transliteration, dan smart ancient manuscript translation.
“Dengan perangkat lunak AI untuk melakukan digitalisasi, kemudian melakukan pengolahan data, kita bisa memahami apa yang tertulis dalam satu naskah kuno. Kita dapat mencari bagian mana dari naskah itu yang berbunyi misalnya 'ka' atau 'na' saja. Itu seperti yang dikembangkan rekan-rekan di UNPAD dan juga rekan-rekan di Undiksha Bali,” jelasnya.
Lebih dari itu, AI bisa digunakan juga untuk film, video, suara, dan lain sebagainya, terutama yang memiliki aspek sejarah sebagaimana arsip statis yang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Dengan memakai AI, penyimpanan akan lebih ringkas, lebih rapi, dan juga bisa dilakukan pengolahan terhadap data tersebut untuk membuat program atau membuat perangkat lunak yang bisa membaca apa yang disampaikan menjadi tertulis.
“Dengan AI, kita bisa membuat simulasi serta menguji berbagai strategi pelestarian serta membuat pengalaman virtual untuk dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian warisan budaya,” tutup Anto.[]