Penulis Aceh Menyamar Jadi Orang Kristen
Seperti intelijen kelas kakap, penyamaran Ali Hasjmy tak pernah terbongkar.
Potret Ali Hasjmy | Sumber: surat kabar Utusan Malaysia edisi 28 November 1992
Novel Suara Azan dan Lonceng Gereja mengisahkan hubungan asmara Amiruddin dengan seorang gadis Katolik bernama Ramayati. Sebagai pemuda Islam, Amiruddin dirintangi berbagai persoalan dalam mempertahankan kedekatannya dengan si gadis.
Sewaktu menulis novel tersebut, Ali Hasjmy ingin menghadirkan cerita yang betul-betul menyentuh serta akurat mengenai perbandingan ajaran Islam dengan Kristen. Untuk tujuan itu, dia merasa harus masuk ke tengah-tengah warga Kristen supaya bisa memahami perasaan, pandangan, serta kegiatan sehari-hari mereka, terkhusus dalam ibadah gereja di hari Minggu.
Ia lantas melakukan riset yang cukup serius dan menantang. Supaya bisa memperoleh data yang sempurna, Ali Hasjmy pun berpura-pura jadi orang Kristen. “Saya sempat menyamar selama tiga bulan sebagai pengikut Kristen. Hal ini saya lakukan agar saya bisa masuk pada sebuah gereja di Padang,” ungkap Ali Hasmy di koran Serambi Indonesia edisi 31 Agustus 1992.
Seperti intelijen kelas kakap, penyamaran Ali Hasjmy tak pernah terbongkar. Ia mengumpulkan data dengan memantau tingkah laku serta pembicaraan setiap orang Kristen di Padang. Ia juga secara khusus mendekati seorang gadis Kristen di sana. Dan setelah data yang diperlukan untuk penulisan novelnya tercukupi, ia pun berhenti ke gereja.
“Waktu itu saya masih muda dan sempat berkenalan dengan seorang gadis Kristen. Tapi saya merahasiakan jati diri saya yang sebenarnya. Baik nama, alamat lengkap, apalagi daerah asal saya. Setelah masa tiga bulan, saya berhasil mengetahui berbagai bahan yang diperlukan. Lalu, saya tidak datang lagi ke gereja dan gadis tadi tak saya jumpai lagi,” kenang Ali Hasjmy.
Novel Suara Azan dan Lonceng Gereja akhirnya rampung dan diterbitkan pertama kali tahun 1940, ketika umur penulisnya baru 26 tahun. Saat menceritakan pengalaman menyamar jadi orang Kristen kepada wartawan Serambi Indonesia, Ali Hasjmy sudah berumur 78 tahun dan tengah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh.
Dalam keadaan sudah lanjut usia dan banyak kerjaan, ia mengaku masih semangat menulis. Hanya saja dalam keadaan demikian harus pintar-pintar mengatur waktu.
“Kalau saya lagi mau menulis, saya bangun pagi pukul tiga dan tidak tidur lagi. Malah sedang sakit pun saya masih sempat menulis. Waktu sedang opname di rumah sakit di Jakarta beberapa waktu lalu, saya berhasil menulis sajak Derita. Ketika itu saya memang sangat menderita dan suster melarang saya bekerja. Tapi saya curi-curi waktu juga,” kata Ali Hasjmy.
Novel Suara Azan dan Lonceng Gereja kini telah banyak dikaji oleh para peneliti karena dinilai menggemakan toleransi dalam kehidupan beragama.[]