Koperasi membeli alat-alat pertanian yang harganya mahal, lalu menyewakannya dengan harga terjangkau kepada para petani.

Nasihat Bung Hatta ke Rakyat Aceh: Bangun Koperasi, Terima Transmigrasi

Berita kunjungan Bung Hatta ke Aceh dalam koran "Indonesia Raya" | Sumber: arsip kliping Bisma Yadhi Putra

PINTOE.CO - Pada 15-17 Juli 1953, Kongres Koperasi Nasional yang kedua digelar di Bandung. Kongres ini dihadiri oleh para utusan dari 83 unit koperasi di seluruh Indonesia.

“Kongres tersebut telah memutuskan mendirikan Dewan Koperasi Indonesia berpusat di Bandung dan meresmikan Drs. Mohamad Hatta sebagai ‘bapak pergerakan koperasi Indonesia’,” tulis koran Indonesia Raya edisi 20 Juli 1953.

Dua minggu setelah konferensi tersebut, Bung Hatta pergi ke Aceh untuk menyelidiki kebenaran isu adanya persiapan pemberontakan di Aceh. Namun setelah diberitahu Daud Beureueh isu tersebut tidak benar, Bung Hatta minta dibawa bertamasya keliling Aceh. Kesempatan ini dimanfaatkan Bung Hatta untuk menjelaskan bahwa Aceh bisa maju kalau melakukan dua hal. Pertama, mengaktifkan koperasi-koperasi. Kedua, sudi menerima serta bekerja sama dengan para transmigran.

Setelah sepuluh hari berada di Aceh, Bung Hatta kembali ke Jakarta melalui Bandara Polonia Medan. Di Polonia, dia menjelaskan kepada para wartawan bahwa pertanian di Aceh bisa menghasilkan 65 kuintal padi dalam 1 hektare lahan (1 kuintal = 100 kilogram). Sayangnya, masih banyak lahan yang ditumbuhi semak belukar. Untuk mengubah lahan-lahan tak terpakai jadi tempat pertanian, maka perlu ada transmigrasi.
 
Jumlah penduduk lokal tak mencukupi untuk menggarap seluruh lahan potensial. Bung Hatta mengatakan, sewaktu ia berkunjung ke Bakongan, Aceh Selatan, orang-orang di sana meminta pemerintah mendatangkan 20.000 transmigran ke tempat mereka. Sementara di Calang, penduduknya baru menggarap 6.000 hektare lahan pertanian. Menyisakan 15.000 hektare tanah subuh yang belum tersentuh (Indonesia Raya, 15 Agustus 1953).

Untuk mengolah lahan yang cukup luas, para petani di Aceh memerlukan mesin-mesin yang tak mampu mereka beli. Di sinilah koperasi berperan. Koperasi membeli alat-alat pertanian yang harganya mahal, lalu menyewakannya dengan harga terjangkau kepada para petani anggota koperasi.

Kepada para wartawan di Medan, Bung Hatta menjelaskan bahwa kemakmuran adalah cita-cita yang sangat besar di Aceh. Namun, masih kurang banyak pemimpin dan rakyat yang tertarik berkoperasi. Oleh karena itulah ia memberi pemahaman bahwa koperasi merupakan satu-satunya solusi untuk mencapai kemakmuran.[]

Berita pengangkatan Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia di koran "Indonesia Raya" edisi 20 Juli 1953

bunghatta bapakkoperasiindonesia bunghattakeaceh transmigrasiaceh kemakmuranaceh