Indonesia membutuhkan transmisi lebih dari 50.000 kilometer sirkuit (kms).

Indonesia Butuh Rp400 Triliun untuk Bangun Jaringan Listrik Raksasa

Ilustrasi jaringan listrik I Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso

PINTOE.CO - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, mengatakan Indonesia membutuhkan investasi sekitar Rp400 triliun untuk pembangunan interkoneksi jaringan transmisi listrik antarpulau.

Hal ini dilakukan untuk mendukung pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dan mendorong transisi energi menuju emisi nol bersih pada 2060. Terlebih, kegiatan ekonomi masih terpusat di Pulau Jawa, sementara potensi EBT berada di luar Pulau Jawa.

Yuliot menjelaskan untuk memanfaatkan jaringan tersebut, Indonesia perlu mengembangkan transmisi hingga 10 tahun ke depan. 

Negara membutuhkan transmisi lebih dari 50.000 kilometer sirkuit (kms). Transmisi ini termasuk tegangan ekstra tinggi sekitar 500 kilowatt hour (kWh) karena mencakup lebih dari 10.000 kms.

“Sementara kalau kita lihat dari jumlah investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan transmisi ini sekitar Rp400 triliun,” kata Yuliot dalam kegiatan Electricity Connect 2024, Rabu, 20 November 2024. 

Menurut Yuliot, pembangunan jaringan tersebut merupakan potensi investasi yang bisa dikembangkan dengan memanfaatkan perusahaan dalam negeri seperti BUMN hingga kolaborasi dengan sejumlah perusahaan multinasional di negara Asean.

“Sehingga untuk transmisi sesuai dengan target yang sudah ditetapkan itu bisa dicapai,” ujar Yuliot.

Sebelumnya, Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) mengucurkan pinjaman senilai US$500 juta atau setara Rp7,5 8 triliun (asumsi kurs saat ini) untuk membantu percepatan transisi energi di Indonesia.

Dana itu juga sekaligus mendukung langkah Indonesia dalam menopang berbagai kebijakan untuk mencapai kontribusi yang ditentukan secara nasional atau Nationally Determined Contributions (NDC) serta target emisi bersih nol dari pembangkit listrik pada 2050.

“Program pinjaman berbasis kebijakan ini mendukung pengembangan kebijakan dasar dan kolaboratif Indonesia guna mengidentifikasi dan menjawab berbagai tantangan kompleks di sektor ini," ujar Jiro Tominaga, Direktur ADB dalam siaran resminya.

Dia mengatakan saat ini Indonesia berada pada persimpangan penting dalam perjalanan transisi energi nasional. Hal ini merujuk pada masih pesatnya pertumbuhan kapasitas pembangkit listrik yang ditujukan untuk mengatasi sebagian besar kendala pasokan listrik dalam negeri.

Situasi tersebut, kata Jiro, membuat pemerintah masih sangat tergantung pada listrik yang sumber tenaganya berbasis bahan bakar fosil, seperti batu bara, gas, dan diesel.

ADB pun memilih untuk mendukung Indonesia melalui program transisi energi sendiri meliputi pengembangan rencana kebijakan dan investasi pada Comprehensive Investment and Policy Plan Just Energy Transition Partnership (CIPP JETP). 

Mengutip Bloomberg Technoz, sesuai hasil COP28 tahun lalu, pendanaan program ini mencapai US$20 miliar atau setara Rp309 triliun.

Selain ADB, program ini juga menggandeng mitra pembiayaan bersama meliputi badan pembangunan Prancis, Agence Française de Développement (AFD), dan pemberi pinjaman negara Jerman Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW).[]
 

Editor: Lia Dali

listrik  jaringan listrik  energi transmisi listrik antarpulau