Vladimir Putin Perintahkan Jajarannya untuk Perkuat Militer Rusia Jadi 1,5 Juta Prajurit
Langkah memperlus angkatan bersenjata ini merupakan kali ketiga yang dilakukan Putin sejak mengirim pasukannya ke Ukraina pada Februari 2022.
Vladimir Putin bersama tentaranya | Foto: VOA Indonesia
PINTOE.CO - Presiden Rusia Vladimir Putin pada awal minggu ini mengeluarkan perintah untuk meningkatkan jumlah tentara reguler Rusia sebesar 180.000 personel. Dengan penambahan ini, maka total angkatan bersenjata Rusia menjadi 1,5 juta prajurit aktif.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengungkapkan, perintah Putin untuk menjadikan militer Rusia yang terbesar kedua di dunia diperlukan sebagai respons terhadap ancaman yang meningkat di perbatasan barat Rusia dan ketidakstabilan di wilayah timur.
"Kebijakan ini disebabkan oleh banyaknya ancaman terhadap negara kami di sepanjang perbatasan," kata Dmitry Peskov, dilansir dari dari Beritasatu pada Rabu, 18 September 2024.
Menurut data dari International Institute for Strategic Studies (IISS), peningkatan ini akan membuat Rusia melampaui Amerika Serikat dan India dalam hal jumlah prajurit tempur aktif, menjadikannya yang kedua terbesar setelah China.
Langkah memperlus angkatan bersenjata ini merupakan kali ketiga yang dilakukan Putin sejak mengirim pasukannya ke Ukraina pada Februari 2022. Saat ini, pasukan Rusia sedang maju di Ukraina timur di sepanjang garis depan yang panjangnya sekitar 1.000 kilometer dan berusaha mengusir pasukan Ukraina dari wilayah Kursk di Rusia.
Menurut Andrei Kartapolov, ketua komite pertahanan di majelis rendah parlemen Rusia, sebagian dari alasan ekspansi ini adalah untuk membentuk struktur dan unit militer baru demi meningkatkan keamanan di wilayah barat laut Rusia setelah Finlandia bergabung dengan NATO.
Rusia juga mengungkapkan kekhawatiran tentang meningkatnya militerisasi Jepang yang didukung Amerika Serikat (AS) serta kemungkinan rencana untuk menempatkan rudal Amerika di sana.
Walaupun populasi Rusia tiga kali lebih besar dari Ukraina dan telah berhasil merekrut sukarelawan dengan kontrak menguntungkan untuk berperang di Ukraina, Rusia, seperti halnya pasukan Kyiv, telah mengalami kerugian besar di medan perang. Tidak ada tanda-tanda perang ini akan segera berakhir.
Sejak 2022, Putin telah dua kali memerintahkan peningkatan jumlah pasukan tempur, masing-masing sebesar 137.000 dan 170.000 personel. Selain itu, pada September dan Oktober 2022, Rusia memobilisasi lebih dari 300.000 tentara dalam upaya yang menyebabkan puluhan ribu pria usia wajib militer meninggalkan negara tersebut.
Kremlin menyatakan, tidak ada rencana mobilisasi baru untuk saat ini, dan strategi mereka adalah terus bergantung pada sukarelawan yang mendaftar untuk berperang di Ukraina.
Dara Massicot, seorang ahli militer Rusia di lembaga Carnegie Endowment for International Peace mempertanyakan apakah pemerintah siap untuk menanggung biaya dari peningkatan jumlah prajurit aktif ini.
"Apakah mereka benar-benar mampu meningkatkan anggaran pertahanan untuk mendukung pengadaan dan kebutuhan ini?" ujarnya.[]