Selain menyebabkan gangguan kesehatan dan kematian, cuaca panas ekstrem di Jepang juga merusak perangkat elektronik.

Panas Ekstrem di Jepang: Semangka Laku Keras, Perangkat Elektronik Rusak, Enam Orang Tewas

Perangkat penunjuk tingkat suhu di Jepang | Foto: Media Indonesia

PINTOE.CO - Jepang sedang dilanda suhu panas yang sangat menyiksa. Suhu panas melampaui 35 derajat Celcius. Pada siang hari, panas semakin tinggi dan mengancam.

Otoritas medis di Tokyo melaporkan enam orang tewas ketika panas ekstrem  mencapai 41 derajat Celcius. Tercatat, tiga kematian terjadi pada Senin, 8 Juli 2024, sedangkan tiga kematian lain di akhir pekan lalu.

Mengenai jumlah orang yang dilarikan ke rumah sakit imbas cuaca panas akstrem sudah lebih dari 2.200 orang. Data ini diungkapkan Departemen Pemadam Kebakaran dan Bencana Alam Jepang. Sebagian pasien merupakan warga lansia 64 tahun ke atas.

Pada Senin, Kota Shingu di Prefektur Wakayama mencatat suhu 39,6 derajat Celcius. Sementara dii Kota Kuwana, Prefektur Mie, panas ektrem tercatat di 38,9 derajat Celcius. Di tengah keadaan ini, bahkan sangat menyiksa berada di dalam rumah tanpa pendingin ruangan.

"Tanpa AC, saya merasa sulit bertahan hidup," kata warga Tokyo, Sumiko Yamamoto, sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia. Sumiko merasa cuaca di tempat tinggal jauh lebih panas sejak tahun lalu. Dia berusaha untuk tetap terhidrasi sebisa mungkin. "Karena saya sudah tua, saya berhati-hati agar tidak pingsan," katanya.

Selain menyebabkan gangguan kesehatan dan kematian, cuaca panas ekstrem di Jepang juga merusak perangkat elektronik. Kasus ini ramai disebut dengan istilah "masalah digital khusus musim panas".

Beberapa orang melaporkan laptop yang mereka tinggalkan di dalam mobil yang terparkir di tengah terik tiba-tiba padam. Beberapa kasus lainnya menyatakan ada smartphone yang terbakar akibat terkena langsung sinar matahari.

"Secara umum, suhu yang sesuai untuk smartphone dan komputer adalah hingga 35 derajat Celcius," tulis Media Indonesia.

Bagian yang paling rentan rusak akibat cuaca panas adalah baterai. Dibandingkan bulan Juni lalu, tempat-tempat reparasi smartphone di Jepang kini didatangi lebih banyak orang yang meminta baterai perangkatnya diganti akibat berubah bentuk atau membengkak. Oleh karenanya, muncul imbauan agar jangan menggunakan perangkat digital terlalu lama di bawah paparan sinar matahari langsung.

Namun, terdapat sisi positif dari bencana panas yang sedang terjadi di Jepang. Dilaporkan, kenaikan suhu itu ternyata berdampak positif terhadap perekonomian. Suhu tinggi cenderung mendorong konsumen untuk keluar dan berbelanja. Diyakini panas ekstrem secara positif mempengaruhi konsumsi ketika siklus ini terus berlanjut.

Produk tertentu laku keras akibat pengaruh panas ekstrem. Menurut Bank Pembangunan Jepang, pengeluaran untuk item seperti semangka, es krim, sherbet, dan minuman segar meningkat lebih banyak.

Baru-baru ini, barang-barang pencegahan sengatan panas seperti kipas portabel dan handuk pendingin telah dikembangkan dan tersedia di pasaran.

Namun, ada pendapat lain soal itu. Kepala ekonom di Dai-ichi Life Research Institute, Takuya Hoshino, meneliti hubungan antara pengeluaran konsumen harian dan suhu maksimum. 

Dalam penelitiannya, Hoshino menemukan bahwa tren konsumsi menurun secara signifikan di sekitar angka 35 derajat Celcius. Semakin tinggi suhu, semakin banyak pengeluaran. Sebaliknya, pada hari-hari yang sangat panas: semakin tinggi suhu, semakin sedikit konsumsi. Salah satu faktornya adalah peningkatan kewaspadaan terhadap sengatan panas, yang menyebabkan lebih banyak orang memilih menetap di rumah. 

"Kita perlu waspada bahwa musim panas yang terlalu panas bisa mendinginkan konsumsi," ujar Hoshino.

Panas yang berlebihan juga dapat membebani keuangan rumah tangga. Jika penggunaan AC meningkat untuk melawan panas, konsumsi daya akan meningkat secara signifikan, yang mengarah ke tagihan listrik yang lebih tinggi. Panas juga dapat mempengaruhi pertumbuhan sayuran secara negatif, terutama sayuran berdaun seperti kubis dan selada.

Yoshiki Shinke, ekonom eksekutif senior di Dai-ichi Life Research Institute, mengatakan, "Jika panas musim panas berlebihan, harga sayuran mungkin naik dari musim panas hingga musim gugur. Sayuran adalah barang yang akrab dan sering dibeli, yang berarti konsumen lebih waspada ketika harganya naik dibandingkan dengan barang lain. Ini berpotensi mempengaruhi pengeluaran."

Sementara pemerintah Jepang mencoba menghidupkan kembali konsumsi melalui langkah-langkah seperti pengurangan pajak tetap dan menghidupkan kembali subsidi untuk tagihan listrik dan gas kota, Shinke memperingatkan, "Panas yang parah bisa menjadi musuh tak terduga bagi ekonomi".[]

jepang cuacapanasjepang suhupanasjepang cuacaekstremjepang