Gedung Pusat Riset Tsunami Aceh TDMRC Terlantar, Pengunjung Kecewa
Kesan tak terurus langsung terasa sejak menginjakkan kaki di halamannya. Bendera yang terpasang di tiang terlihat sudah robek. Ilalang tumbuh memanjang.
Gedung Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Aceh (Tsunami and Disaster Mitigation Research Center atau TDMRC)
PINTOE.CO - Gedung Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana Aceh (Tsunami and Disaster Mitigation Research Center atau TDMRC) yang berada di Ulee Lheu, Banda Aceh, tampak terlantar saat dikunjungi PINTOE.CO, Rabu sore, 24 April 2024.
Terletak tak jauh dari pantai Ulee Lheu, gedung yang dibangun oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh - Nais pada 2007-2008 itu berada di bawah naungan Universitas Syiah Kuala.
Kesan tak terurus langsung terasa sejak menginjakkan kaki di halamannya. Bendera yang terpasang di tiang terlihat sudah robek. Ilalang tumbuh memanjang.
Memasuki gedung empat lantai itu, sampah berserak di mana-mana. Di beberapa bagian, ada plafon yang jatuh ke lantai. Ada juga lampu yang terlepas dari dudukan di plafon, tergantung dengan kabel menjuntai.
Sore itu, beberapa anak-anak terlihat bermain bola di dalam areal bangunan utama.
Melongok ke dalam salah satu ruangan yang terkunci, tampak meja kursi tak beraturan. Sebuah stiker dengan logo Universitas Syiah Kuala tertempel di pintu kaca.
Di bagian belakang, sebuah bangkai helikopter polisi dibiarkan teronggok. Tak ada pagar pembatas atau keterangan apapun yang menunjukkan kenapa bangkai helikopter itu berada di sana, layaknya sebuah situs bersejarah jika helikopter itu adalah korban tsunami.
Sebagai informasi, Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana ini didirikan oleh BRR Aceh - Nias sebagai salah satu ujung tombak dalam pelaksanaan dan pengembangan penelitian di bidang kebencanaan di Provinsi Aceh.
Lembaga ini didesain untuk mampu menjadi lembaga riset yang handal dan tangguh, yang mampu merumuskan dan melaksanakan kebijakan riset dan pengembangan untuk memecahkan berbagai masalah kebencanaan, baik pada tingkat daerah, nasional dan internasional.
Sore itu, PINTOE.CO bertemu salah satu pengunjung asal Yogyakarya yang penasaran dengan adanya pusat studi stunami di Aceh. Dia tampak terheran-heran melihat gedung tersebut tak berfungsi sebagaimana mestinya.
"Sedih aja melihatnya. Gedung ini pasti dibangun dengan nilai miliaran dengan tujuan agar menjadi pusat studi bencana sebagai panduan bagi masyarakat agar lebih siap menghadapi bencana. Namun ternyata saya hanya menemukan gedung terlantar," kata pengunjung itu.
PINTOE.CO masih berupaya mengonfirmasi ke pengelola gedung tentang penyebab terlantarnya gedung tersebut.[]