Konser Dina Mariana di Aceh: Panggung Dibakar, Penyanyi Dikejar
Selain panggung konser, massa yang marah juga membakar kantor Polsek Peusangan. Senjata api yang ditemukan di kantor polisi juga dibakar.
Dina Mariana (Last.fm)
Dina Mariana adalah penyanyi legendaris yang cukup terkenal di era 1970-an. Minggu sore kemarin, 3 November 2024, ia meninggal dunia di usia 59 tahun.
Dina Mariana lahir pada 21 Agustus 1965. Ia merupakan gadis blasteran Belanda-Gorontalo dengan nama belakang “Heuvelman”. Di masa tenarnya, Dina Mariana terkenal dengan lagu-lagu pop seperti Ingat Kamu, Malam Minggu Kelabu, atau dendang berjudul Pak Penghulu yang liriknya cukup jenaka:
Abdullah melamarnya, Anita menerima
Mas kawinnya kerbau India
Pak penghulu, pak penghulu, tolong dong nikahkan dia
Pengantinnya sudah tak tahan menunggu malam pertama
Pada 1988, di puncak ketenarannya, Dina Mariana mendapat kesempatan menggelar konser di Aceh. Panggung didirikan di Lapangan Matangglumpangdua, Aceh Utara (sekarang dalam wilayah Bireuen). Panitia telah mengumumkan bahwa Dina Mariana akan bernyanyi sampai tengah malam, biar para pembeli tiket terhibur puas.
Jam delapan malam, sekitar 10.000-an orang Aceh yang haus hiburan sudah berkumpul di lokasi konser. Semuanya tak sabar melihat kelincahan Dina Mariana di atas panggung. Yang paling penonton tunggu adalah lagu dangdut berjudul Sekadar Bertanya. Lirik lagu ini sudah dihafal banyak orang.
Setelah berjam-jam ditunggu, Dina Mariana tak kunjung muncul. Pihak panitia terus mengundur-undur waktu pertunjukan. Penonton pun mulai geram. Mereka menyoraki panitia dan memanggil idolanya agar segera naik panggung. Ketika situasi mulai panas, Dina Mariana lekas muncul di panggung yang dibuat di atas sebuah truk. Penonton menyambutnya dengan sorak gembira. Ia menyanyikan satu, dua, tiga sampai empat lagu sambil berjoget lincah.
Setelah menyanyikan lagu keempat, Dina Mariana langsung turun panggung. Para penonton pun terheran-heran, tak menyangka konser berakhir secepat itu. Karena belum puas, mereka kembali meneriaki panitia. Kali ini minta waktu konser diperpanjang dan Dina Mariana kembali ke atas panggung. Sakit hati teriakannya diabaikan, penonton pun langsung mengamuk.
“Puntung-puntung rokok dan batu mulai dilempar ke panggung. Ketika amarah massa tidak terbendung lagi, panggung diserbu, dan semua peralatan yang ada kemudian dihancurkan,” tulis majalah Editor edisi 30 September 1989.
Konser Dina Mariana di Matangglumpangdua pada bulan September 1989 itu berubah seperti arena perang. Suara tangisan dan teriakan penonton yang ketakutan terdengar di sana-sini. Petugas keamanan tak mampu mengatasi keadaan. Panggung dibakar. Beberapa penonton memburu Dina Mariana yang bersembunyi di suatu tempat.
Di tengah situasi yang kacau balau itu, beredar isu bahwa polisi telah menangkap dua pemuda setempat. Isu ini membuat amarah massa kian berkobar. Polisi segera menjadi sasaran serang.
Polsek Peusangan yang cuma berjarak sekitar 500 meter dari lokasi konser diserbu. Dua pucuk senjata laras panjang dan dua unit sepeda motor milik personel polisi yang sedang piket turut dibakar. Warga yang tinggal di sekitar kantor polsek cepat-cepat menyiram air biar api tak menjalar ke tempat tinggal mereka. Kerusuhan baru berhasil diredam setelah tiga truk tentara dari Batalyon 113 Bireuen dan Kodim 0103 Lhokseumawe tiba di lokasi.
Kapolres Aceh Utara Letkol Polisi Sutardjo segera menyelidiki kejadian itu. Dia ingin memburu dua pihak. Pertama, para preman setempat yang menjadi provokator. Kedua, Muzakir si ketua panitia konser.
Dari 64 orang yang berhasil ditangkap dan ditahan di Markas Kodim Lhokseumawe, tidak ada Muzakir. Pemuda 33 tahun itu berhasil melarikan diri karena tahu ia bersalah. Dari hasil penyelidikan diketahui ternyata pelaksanaan konser yang dipimpin Muzakir tak ada izin dari kepolisian setempat.
“Saya tidak pernah mengeluarkan izin,” kata Letkol Sutardjo seraya menyebutkan bahwa Muzakir telah berstatus buronan.
Kapolda Aceh M. Ali Talha ikut bersuara. Dia juga menilai pihak panitia telah gegabah dalam penyelenggaraan konser Dina Mariana di Aceh Utara. Seharusnya ada izin dan polisi dilibatkan sebagai petugas pengamanan. “Tidak akan ada pandang bulu. Siapa saja yang terlibat akan kami tindak,” seru Talha.
Meski sempat diburu para penonton yang kecewa, Dina Mariana berhasil menyelamatkan diri dari amuk massa.[]