Perempuan-perempuan Jawa yang jadi pelayan rumah tangga maupun pendamping tentara Belanda terpotret memakai kostum kebaya.

Kebaya dan Perempuan Jawa di Aceh Masa Penjajahan Belanda

Beberapa perempuan memakai kain kebaya saat menonton pertunjukan tari jalanan di Aceh sekitar tahun 1900 | Sumber: KITLV 5268

PINTOE.CO - Ratusan perempuan Jawa dibawa ke Aceh pada masa pendudukan Belanda. Keluarga-keluarga Belanda yang pindah dari Jawa ke Aceh membawa mereka untuk menjadi pelayan atau pembantu rumah tangga. Di rumah-rumah keluarga Belanda, para perempuan Jawa ditugaskan membuat teh, memasak, atau merawat bayi.
 
Meski kedudukan mereka adalah pembantu rumah tangga, perempuan Jawa tetap dilibatkan saat pengambilan foto keluarga. Foto-foto itu membuat keberadaan mereka bisa dipelajari secara visual.

Ahli sejarah peran wanita Jean Gelman Taylor mengkaji arsip foto-foto keluarga Belanda yang menampilkan perempuan Jawa. “Foto-foto semacam itu mendokumentasikan masuknya wanita dari Jawa ke dalam sejarah Aceh,” tulis Taylor dalam artikel “Aceh Histories in the KITLV Images Archive”. Artikel itu dimuat dalam buku Mapping the Acehnese Past (2011).

Dalam foto-foto yang Taylor pelajari, perempuan Jawa bisa dikenali dari kain kebaya yang dikenakannya. Kebaya adalah pembungkus tubuh yang sudah menjadi identitas perempuan Jawa. Selain itu, terdapat pula foto perempuan Belanda yang berkebaya, yang membuat mereka tampak ketinggalan zaman. Foto-foto yang ada bisa berguna bagi ahli sejarah pakaian yang ingin mempelajari pakaian sehari-hari perempuan Jawa maupun Belanda di Aceh. 

Potret keluarga-keluarga Belanda (Sumber: KITLV 41558)

Pada foto tersebut, seorang pengasuh Jawa yang menggendong bayi terlihat di barisan belakang, diapit dua pria bertopi. Foto yang memperlihatkan beberapa keluarga Belanda ini diambil di Kuala Simpang, Aceh Timur, tahun 1907. Seekor anjing juga tampak di sana.


Perempuan Belanda pakai kebaya (Sumber: KITLV 17984)

Foto tahun 1924 di atas memperlihatkan seorang ibu rumah tangga Belanda, yakni Nyonya A.L.M. Ravelli-van Mosseveld, sedang jalan-jalan di depan rumahnya di Bireuen pada pagi hari. Ia mengenakan kostum kebaya khas perempuan Jawa. Menurut Taylor, kebaya yang dipakai Nyonya Mosseveld “mulai ketinggalan zaman bagi wanita Belanda di Jawa”. 

Seorang perempuan di tengah serdadu Belanda (Sumber: KITLV 19278)

Selain terlihat di foto keluarga Belanda, potret perempuan Jawa juga ditemukan dalam dokumentasi kegiatan militer. Foto ini secara khusus memperlihatkan pasukan artileri Belanda tahun 1874. Di tengah para pasukan itu, tampak seorang perempuan Jawa. “Wanita Jawa ini dapat dikenali dari kebaya dan kain batiknya,” tulis Taylor.

Pada tahun sebelumnya, 1873, sebanyak 220 orang perempuan Jawa dibawa ke Aceh. Paul van ‘t Veer dalam buku Perang Aceh: Kisah Kegagalan Snouck Hurgronje (1979) menyebutkan, di Aceh para perempuan itu berperan sebagai tenaga kerja dapur serta teman tidur serdadu-serdadu Jawa dan Ambon.[]

sejarahkebaya kebayaaceh perempuanjawadiaceh perempuanjawamasakolonial sejarahbusanaaceh