Nama Cut Nyak Dhien diusulkan sebagai pahlawan nasional sejak 1956. Salah satu yang terlibat mengusulkan Cut Nyak Dhien adalah Teuku Iskandar.

Aceh Hari Ini: 60 Tahun Lalu Cut Nyak Dhien Jadi Pahlawan Nasional

Tangkapan layar arsip Keputusan Presiden tentang penetapan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional pada 1964

PINTOE.CO - Hari ini, 60 tahun lalu, tepatnya pada 2 Mei 1964, Presiden Soekarno menandatangani Surat Keputusan Presiden RI No. 106 Tahun 1964 tentang penetapan Cut Nyak Dhien sebagai "Pahlawan Kemerdekaan Nasional."

"Menimbang bahwa Sdr. Tjut Njak Dhien almarhumah patut diberikan penghargaan oleh Negara, mengingat djasa-djasanya sebagai pemimpin Indonesia di masa silam, jang semasa hidupnja, kerena terdorong oleh rasa tjinta Tanah Air dan Bangsa, memimpin suatu kegiatan jang teratur guna menentang pendjadjahan di bumi Indonesia," demikian antara lain bunyi SK penetapan yang ditulis dalam ejaan lama itu.

"Menetapkan Sdr. Tjut Njak Dhien almarhumah sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional," bunyi SK itu pada bagian lain.

Nama Cut Nyak Dhien diusulkan sebagai pahlawan nasional sejak 1956. Salah satu yang terlibat mengusulkan Cut Nyak Dhien adalah Teuku Iskandar, seorang guru besar budaya dan sastra asal Aceh yang mengajar di Universitas Leiden, Belanda.

Sebelum itu, pada 1948, kisah hidup Cut Nyak Dhien telah dibukukan dalam bentuk novel berjudul "Tjut Nja Din, Ratu Perang Aceh". Penulisnya adalah Magdalena Hermina Szekely-Lulofs, seorang wanita  berkebangsaan Belanda.

Bukti-bukti perjuangan Cut Nyak Dhien  kemudian diverifikasi oleh Tim Verifikasi dan Evaluasi Pahlawan Nasional bentukan pemerintah. Hasilnya, Cut Nyak Dhien yang meninggal dalam buangan di Sumedang, Jawa Barat, akhirnya ditetapkan sebagai salah satu pahlawan nasional.

Lahir dari keluarga bangsawan di Lampadang, Aceh Besar, pada 1848, Cut Nyak Dhien ikut berjuang menghadapi Belanda bersama suami pertamanya Teuku Ibrahim Lamnga.

Setelah Teuku Ibrahim meninggal di medan perang, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Umar. Beliau terus mendampingi Teuku Umar memimpin serangan melawan Belanda. Cut Nyak Dhien pula lah yang menyadarkan Teuku Umar untuk kembali ke garis perjuangan setelah sempat bergabung dengan Belanda.

Sepeninggal Teuku Umar yang tertembak di Meulaboh pada 1899, tongkat komando beralih ke tangan Cut Nyak Dhien. Dirinya bersumpah mengusir Belanda dari Tanah Rencong.

Sempat memimpin perjuangan dari tanah Gayo, pada 1902 Cut Nyak Dhien dan pasukannya kembali ke wilayah Aceh Barat, tepatnya di Beutong Lhee Sagoe.

Kondisi Cut Nyak Dhien yang semakin renta membuat penglihatannya mulai rabun. Belanda menangkapnya dalam sebuah penyergapan setelah mendapat informasi dari Pang Laot, salah satu pengikut Cut Nyak.

Sempat dirawat di Banda Aceh, Cut Nyak Dhien diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat. Belanda merasa ketakutan karena kehadiran Cut Nyak akan menciptakan semangat perlawanan dari rakyat. Cut Nyak juga kerap berhubungan dengan pejuang-pejuang Aceh yang belum menyerah. Ia lantas dibawa ke Sumedang bersama dengan tahanan politik Aceh lain dan menarik perhatian Bupati Suriaatmaja.


Penulis di makam Cut Nyak Dhien di Sumedang, Jawa Barat.
 

Selain itu, tahanan laki-laki juga menyatakan perhatian mereka pada Cut Nyak Dhien, tetapi tentara Belanda dilarang mengungkapan identitas tahanan. Ia ditahan bersama ulama bernama Ilyas yang segera menyadari bahwa Cut Nyak Dhien merupakan ahli dalam agama Islam, sehingga ia dijuluki sebagai "Ibu Perbu".

Cut Nyak Dhien meninggal di pengasingan karena usianya yang sudah tua pada 6 November 1908.

Makam "Ibu Perbu" baru ditemukan pada tahun 1959, berdasarkan permintaan Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan. "Ibu Perbu" diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.


Para peziarah di kompleks makam Cut Nyak Dhien di Sumedang | Foto: PINTOE.CO/YAS

"Di sinilah dimakamkan pahlawan nasional TjuT Nja' Dien, istri Teuku Umar Djohan Pahlawan, panglima perang besar dalam perang Aceh. Selama hidupnya Tjut Nya' Dien telah berjuang mati-matian sebagai seorang pahlawan putri yang setia di samping suaminya menentang Belanda dalam perang Aceh. Setelah suaminya wafat Tjut Nya' Dien meneruskan jihad memimpin perjuangan sehingga beliau tertawan oleh Belanda pada tanggal 6 November 1905 di Aceh Barat. Tjut Nja' Dien dilahirkan di Aceh pada pada tahun 1848 dan wafat dalam pembuangan di Sumedang (Djawa Barat) pada tanggal 6 November 1908. Semoga Allah memberi berkah kepada arwah suci pahlawan putri yang berjasa dan setia ini. Amin," begitu bunyi kalimat yang tertera di nisan Cut Nyak Dhien di Sumedang.   []

cutnyakdhien pahlawannasional aceh pintoe