Ketika The Beatles Bikin Gubernur Aceh Marah
Kebijakan keras gubernur gagal menandingi pengaruh The Beatles di Aceh.

Arsip larangan memakai celana jengki di Aceh tahun 1960
Gara-gara The Beatles, Aceh jadi heboh. Setelah grup band asal Inggris itu muncul pada 1960, muda-mudi Aceh, termasuk anak-anak sekolah, lekas meniru gaya berbusana para personelnya. Yang paling mencolok adalah penggunaan celana jengki, sebuah model celana berbentuk ramping dan kecil bagian bawahnya. Gubernur dan ulama Aceh pun resah.
Gubernur Aceh waktu itu, Ali Hasjmy, langsung bertindak. Ia memerintahkan Departemen Pendidikan di Aceh untuk menegur siswa-siswa yang kedatapan bercelana jengki. Setiap siswa perlu dinasihati bahwa celana jengki dan rok ketat bertentangan “susila penduduk di daerah” serta “kepribadian bangsa”.
Setelah berjalan beberapa waktu, kebijakan lunak dengan nasihat rupanya tak mempan. Di Kutaraja, setiap sore tetap ramai muda-mudi bergaya kebarat-baratan. Keadaan ini bikin Ali Hasjmy kian berang. Oleh karenanya, menjelang malam tahun baru ia mengeluarkan kebijakan yang keras.
Pada 26 Desember 1960, Ali Hasjmy mengumumkan Surat Nomor 8086/19 tentang “Pelarangan Pemakaian Tjelana Djengki dan Pakaian2 jang Menjolok”. Dalam surat keputusan ini, gubernur mengumumkan bahwa: “Pada waktu achir2 ini, telah nampak gedjala dan muntjulnya tjelana2 djengki serta rok2 span jang menjolok jang dipakai oleh pemuda-pemudi tanggung dalam Daerah Istimewa Atjeh, terutama para peladjar Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah2 Menengah Landjutan” (Arsip DPKA, nomor: AC04-178/16).
Departemen Pendidikan diminta segera “mengambil perhatian jang tjepat sebelum penjakit ini meluas kepada pemuda golongan2 lain”. Setiap pelajar SMP dan SMA yang pakai celana jengki dan rok ketat harus diberi sanksi keras, yakni dilarang masuk sekolah hingga dikeluarkan.
Bukan hanya kepada pelajar sekolah menengah, kebijakan keras ini juga menyasar mahasiswa. Oleh karenanya, Ali Hasjmy turut menyurati setiap dekan untuk menertibkan mahasiswa di fakultas masing-masing.
“Apabila ternjata sesudah pelarangan ini dan sesudah diberi peringatan2 keras, masih ada djuga mereka jang berkepala batu dan terus memakai pakaian2 larangan diatas, mereka itu djangan diizinkan masuk sekolah dan diberi antjaman akan dikeluarkan dari sekolah apabila mereka tidak merobah sikap,” seru Ali Hasjmy. Pengumuman ini turut disiarkan lewat RRI.
Pada kenyataannya, kebijakan keras gubernur gagal menandingi pengaruh The Beatles di Aceh. Tren berpenampilan seperti John Lennon dan kawan-kawannya amat sulit dibendung. Anak-anak muda Aceh tidak takut dengan ancaman dipecat dari sekolah atau kampus. Buktinya, pada awal tahun 1961 masih ramai muda-mudi di Kutaraja mengenakan celana jengki dan rok ketat.
Tetapi, Ali Hasjmy tidak menyerah. Ia kemudian menggandeng militer atau Penguasa Perang Daerah dalam razia-razia celana jengki dan rok ketat. Hal ini meniru metode razia di Jakarta, yang gencar dilakukan di bawah perintah Presiden Sukarno. Pelibatan tentara dimaksudkan untuk menciptakan efek takut di kalangan para pemuda yang keras kepala.