Sejarawan Israel Lee Mordechai: Negara Saya Terbukti Lakukan Genosida di Palestina
Insiden paling mengejutkan yang didokumentasikan oleh Mordechai adalah seorang wanita Palestina dengan anaknya yang ditembak saat melambaikan bendera putih.
Sejarawan Israel Lee Mordechai (Middle East Eye)
PINTOE.CO - Lee Mordechai adalah seorang sejarawan Israel yang diakui secara internasional. Baru-baru ini, ia menyimpulkan bahwa negaranya melakukan genosida di Jalur Gaza, Palestina.
Ini disimpulkan setelah Lee Mordechai menyusun laporan yang luas dan metodis yang mendokumentasikan serangkaian kejahatan perang yang dilakukan sejak invasi Israel dimulai tahun lalu menyusul serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober.
Lee Mordechai, seorang profesor madya di Universitas Ibrani Jerusalem, menerbitkan laporan berjudul Bearing Witness to the Israel-Gaza War dalam terjemahan bahasa Inggrisnya. Tebalnya 124 halaman dan berisi lebih dari 1.400 catatan kaki.
Dengan menggunakan laporan saksi mata, rekaman video, artikel, foto, bukti saksi mata, dan materi investigasi yang sebagian besar direkam oleh tentara Israel, sejarawan tersebut telah menghasilkan dokumentasi paling terperinci tentang kejahatan perang yang dilakukan Israel di Gaza.
Beberapa insiden paling mengejutkan yang didokumentasikan oleh Mordechai termasuk seorang wanita Palestina dengan seorang anak yang ditembak saat melambaikan bendera putih, gadis-gadis yang kelaparan terinjak-injak hingga tewas saat mengantre roti, seorang pria Palestina berusia 62 tahun yang diborgol tertabrak tank Israel, dan serangan udara yang menargetkan orang-orang yang mencoba membantu seorang anak laki-laki yang terluka.
Basis data tersebut mencakup ribuan video, foto, kesaksian, laporan, dan investigasi yang mendokumentasikan kekejaman yang dilakukan pasukan Israel di Gaza.
Mordechai juga menyertakan bagian tentang media, propaganda, dan perang yang mencatat bahwa perang saat ini telah diaktifkan dan difasilitasi oleh upaya media besar-besaran untuk membentuk wacana di Israel serta Barat seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Jerman.
"Ini masalah hidup dan mati dan yang terjadi terlalu besar dan bertentangan dengan nilai-nilai yang saya anut selama tumbuh di sini," katanya seperti dikutip dari Media Indonesia.[]