Survei: Singapura Duduki Peringkat 3 Dunia soal Kemahiran Bahasa Inggris
Survei mencatat bahwa tingkat kemahiran bahasa Inggris di seluruh dunia telah menurun selama empat tahun berturut-turut.

Singapura (Kompas.com)
PINTOE.CO - Singapura berada di peringkat ketiga dunia dalam hal kemahiran bahasa Inggris. Sementara di Asia, negara ini masih jadi yang teratas.
Hasil itu diperoleh dari survei yang dilakukan oleh EF Education First, sebuah perusahaan pendidikan Swedia yang menganalisis hasil tes dari 2,1 juta orang dewasa yang bukan penutur asli bahasa Inggris (orang yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama sejak lahir) di 116 negara dan wilayah.
Sebagaimana dikutip dari Kompas.com pada Jumat (22/11/2024), hasil tersebut berasal dari tes bahasa Inggris EF SET yang diikuti oleh peserta pada 2023.
Dalam Indeks Kemahiran Bahasa Inggris EF (EF EPI) 2024, Singapura berada di peringkat ketiga dengan 609 poin dari maksimum 800. Skor ini menempatkannya dalam kelompok "kemahiran sangat tinggi".
Namun, Singapura dikalahkan di dua posisi teratas oleh Belanda (636 poin) dan Norwegia (610 poin). Singapura berada di posisi kedua dalam peringkat keseluruhan dengan masing-masing 642 (2022) dan 631 poin (2023).
Sementara itu, skor Singapura dalam survei 2024 menjadikannya negara Asia dengan peringkat tertinggi. Sedangkan Filipina (peringkat ke-22 dunia) menempati posisi kedua di Asia dengan 570 poin. Malaysia berada di posisi ketiga di Asia dengan peringkat ke-26 secara keseluruhan.
Laporan survei mencatat bahwa tingkat kemahiran bahasa Inggris di seluruh dunia telah menurun selama empat tahun berturut-turut. Sekitar 60 persen negara dalam indeks tersebut mendapat skor lebih rendah pada 2024 dibandingkan 2023.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa tren penurunan tersebut menunjukkan menurunnya minat untuk mengembangkan kemahiran bahasa Inggris melampaui level saat ini di banyak negara.
Diketahui, negara dan wilayah dalam daftar Indeks Kemahiran Bahasa Inggris EF 2024 diberi peringkat berdasarkan skor. Hal ini dihitung saat peserta mengikuti tes bahasa Inggris adaptif daring untuk keterampilan membaca dan mendengarkan yang disebut EF SET.
EF mengatakan, karena tes dilakukan secara daring, orang-orang yang tidak memiliki akses internet atau kemampuan untuk menyelesaikan aplikasi daring, secara otomatis dikecualikan.
"Di negara atau wilayah dengan penggunaan internet rendah, kami memperkirakan dampak pengecualian ini akan menjadi yang terkuat," terang EF.
Meski demikian, EF menyatakan bahwa sampel tersebut cukup seimbang antara responden laki-laki dan perempuan.[]