Warga Eropa Ramai-Ramai Protes Serangan Israel ke Gaza dan Lebanon
Para pengunjuk rasa di berbagai kota mendesak pemerintah mereka untuk menghentikan penjualan senjata ke Israel.
Aksi unjuk rasa di Paris, memprotes kekerasan yang dilakukan Israel (Euronews.com)
PINTOE.CO - Aksi protes besar-besaran menyebar di berbagai kota di Eropa seperti Stockholm, Helsinki, Paris, Jenewa, dan Istanbul. Aksi ini sebagai tanggapan atas serangan Israel di Jalur Gaza dan Lebanon.
Dikutip dari Antara, para pengunjukrasa menyuarakan kemarahan mereka dan menuntut diakhirinya kekerasan yang digambarkan sebagai "genosida". Mereka mendesak adanya tindakan global untuk menyudahi perang.
Ribuan orang berjalan dari Odenplan menuju kedutaan besar Israel di Stockholm, sambil mengibarkan bendera Palestina dan Lebanon.
Seniman dan aktivis Swedia Samuel Girma menyebut Israel sebagai "negara teroris" dan mendesak pemboikotan perdagangan dengan Israel menyusul "serangan teroris di Beirut dan Lebanon."
Aksi protes juga terjadi di Helsinki. Para pendemo menuntut segera diakhirinya operasi Israel di Lebanon.
Di Paris, para pengunjuk rasa berkumpul dekat Innocents Fountain, membawa spanduk bertuliskan "Akhiri Genosida di Gaza dan Boikot Israel."
Sebagian besar dari mereka memakai keffiyeh dan membawa foto jurnalis Palestina Shireen Abu Akleh, yang tewas oleh pasukan Israel pada 2022.
Seorang demonstran, Cyrena, mengecam sikap diam Barat. "Saya punya teman dan kolega Lebanon yang keluarganya terjebak di sana, dan Barat masih saja tidak bertindak," katanya.
Di Istanbul, Komite Aksi Palestina mengorganisir protes dari Stasiun Metro Levent menuju Konsulat Israel, dengan seruan "Pembunuh Israel, keluar dari Palestina" dan "Pembunuh Israel, keluar dari Lebanon.
"Mereka membawa bendera Palestina besar dan membentangkan spanduk bertuliskan: "Israel yang melakukan genosida akan dimintai pertanggungjawaban, rakyat Palestina dan Lebanon yang melawan akan menang."
Umit Do?ru, anggota Komite Aksi Palestina, menegaskan bahwa Israel, yang didukung oleh kekuatan imperialis, adalah "mesin pembunuh" yang bertanggung jawab atas kehancuran luas di kawasan tersebut.
Ia memuji ketangguhan rakyat Palestina dan Lebanon, dan menyatakan bahwa perjuangan mereka untuk kebebasan dan keadilan terus menginspirasi harapan di seluruh dunia.
Sementara itu, LSM Turki Human Movie Team mengorganisir sebuah protes di depan Kantor PBB di Jenewa atas serangan Israel di Gaza, yang telah berlangsung selama hampir satu tahun.
Mereka yang berdemo termasuk anggota dari Komunitas Muslim Turki dan Swiss, yang membawa bendera dan spanduk Palestina serta menuntut tindakan tegas terhadap kekerasan yang dihadapi warga sipil.
"Sudah 356 hari sejak genosida dimulai di Gaza, dengan hampir 42.000 warga Palestina terbunuh menurut catatan resmi," kata Tulay Gokcimen, pendiri Human Movie Team.
Ia mengecam Israel karena mengebom rumah sakit dan memutus akses ke kebutuhan pokok seperti makanan, air, dan obat-obatan, yang telah menyebabkan penderitaan dan kematian yang meluas bagi warga Palestina.
Akademisi Enes Yalman menekankan pentingnya tidak menormalkan "genosida." "Kita tidak akan pernah menerima ini. Ini adalah tugas moral kita sebagai manusia," katanya, dan mendesak agar tekanan terhadap PBB dan organisasi internasional terus dilanjutkan untuk bertindak melawan kekerasan tersebut.
Para pengunjuk rasa di berbagai kota mendesak pemerintah mereka untuk menghentikan penjualan senjata ke Israel dan mengambil sikap menentang peningkatan kekerasan di kawasan tersebut.[]