Banyak Pelajar Beralih ke ChatGPT, Tempat Les atau Bimbel Mulai Bangkrut
Akibat kehadiran ChatGPT, Chegg kehilangan lebih dari setengah juta pelanggan berbayar, dan seperempat dari tenaga kerja Chegg (441 karyawan) telah dirumahkan beberapa bulan yang lalu.

Logo Chegg (PCMag)
PINTOE.CO - Kecerdasan buatan (AI) generatif seperti ChatGPT telah banyak dimanfaatkan berbagai kalangan. Termasuk para pelajar yang menggunakannya untuk menyelesaikan tugas mereka.
Namun, masifnya penggunaan ChatGPT ini berdampak pada platform bimbingan belajar (bimbel) online seperti Chegg. Chegg dahulunya diandalkan banyak siswa untuk meminta bantuan dalam mengerjakan tugas, kini mulai ditinggalkan.
Kini, perusahaan tersebut tampaknya berada di ambang kebangkrutan. Menurut kabar, kebangkrutan itu berkaitan erat dengan munculnya ChatGPT milik OpenAI.
Diperkirakan, valuasi Chegg hilang US$14,5 miliar (Rp 229 triliun) karena saham perusahaan edutech yang berbasis di AS tersebut anjlok hingga 99 persen dari puncaknya pada 2021.
Chegg juga kehilangan lebih dari setengah juta pelanggan berbayar, dan seperempat dari tenaga kerja Chegg (441 karyawan) telah dirumahkan beberapa bulan yang lalu.
Dikutip dari CNBC Indonesia, dengan pendapatan yang menurun, analis perdagangan obligasi khawatir dengan kemampuan Chegg untuk melunasi utang. Laporan tersebut meneliti apakah lonjakan siswa yang membatalkan langganan Chegg mereka sejalan dengan munculnya model bahasa besar (LLM) seperti ChatGPT.
Chegg dengan cepat kehilangan relevansi setelah peluncuran ChatGPT pada tahun 2022. Chatbot AI yang dilatih pada sejumlah besar data dan informasi yang tersedia di internet dapat memberikan jawaban dalam hitungan detik. Berbagai kemudahan yang ditawarkan ChatGPT itu yang menjadi alasan para siswa beralih dari Chegg.[]