Harga Beras di Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara
Hampir 87% petani Indonesia memiliki lahan kurang dari dua hektare.

Petani di Aceh | Foto: Media Indonesia
PINTOE.CO - Harga beras Indonesia menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN. Di sisi lain, survei menyatakan bahwa kesejahteraan petani Indonesia masih rendah.
"Konsumen Indonesia telah membayar harga tinggi untuk beras. Harga eceran beras di Indonesia secara konsisten lebih tinggi daripada di negara-negara ASEAN," ungkap perwakilan World Bank, Carolyn Turk, pada Kamis, 19 September 2024.
Hal tersebut menyebabkan, masyarakat Indonesia harus merogoh kocek sedikit lebih banyak untuk kebutuhan pangannya, terutama untuk beras.
"Kami memperkirakan bahwa konsumen Indonesia membayar hingga 20% lebih banyak untuk makanan mereka daripada yang seharusnya mereka bayar di pasar bebas," sebut Carolyn, dikutip dari Media Indonesia.
Ia juga menyoroti hampir 87% petani Indonesia memiliki lahan kurang dari dua hektare dan dalam kelompok ini dua pertiganya memiliki lahan kurang dari setengah hektare.
"Yang kami lihat adalah bahwa pendapatan banyak petani marjinal sering kali jauh di bawah upah minimum, sering kali sampai di bawah garis kemiskinan," tuturnya.
Menurut Survei Terpadu Pertanian 2021, yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan rata-rata petani kecil kurang dari US$1 sehari atau US$341 dolar dalam kurun waktu satu tahun.
"Survei tersebut juga menyoroti bahwa pendapatan dari bercocok tanam tanaman pangan khususnya padi jauh lebih rendah daripada pendapatan dari tanaman perkebunan atau dari pertanian hortikultura," tandasnya.
Sebagai regulator, Badan Pangan Nasional (Bapanas) pun membeberkan alasan harga beras di Indonesia menjadi yang tertinggi di ASEAN.
"Kalau kita perhatikan memang betul harga beras di dalam negeri saat ini tinggi. Tapi memang biaya produksinya juga sudah tinggi sehingga kalau kita runut dari cost structure produksi beras di dalam negeri, kalau kita perhatikan memang tinggi. Jadi petani juga berhak mendapatkan keuntungan," ucap Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas, Rahmi Widiriani.
Saat ini, lanjut dia, sebetulnya adalah saat-saat yang membahagiakan bagi para petani. Sebab harga gabah mereka dibeli di atas harga pokok penjualan (HPP).
"Jadi kita juga lihat NTP (nilai tukar petani) petani khususnya tanaman pangan saat ini juga bagus. Mungkin dalam 10 tahun terakhir, saat ini NTP petani untuk tanaman pangan tinggi. Artinya pemerintah harus hadir di tengah-tengah, petanu mendapatkan harga bagus kemudian di konsumen juga masyarakat konsumen dapat mengakses beras dengan harga yang terjangkau, dengan kualitas yang baik," pungkas Rahmi.[]