“SK tersebut ditandangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Majelis Pengurus Pusat (MPP) Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yaitu Prof Arif Satria dan Dr Andi Yuliani Paris, MSc," ujar Ketua ICMI Aceh, Taqwaddin

Terima SK Pengurus Baru, Ini Penjelasan Ketua ICMI Aceh 

Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Aceh. (Foto: ICMI)

PINTOE.CO - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Aceh menerima Surat Keterangan (SK) baru tentang penyempurnaan Pengurus ICMI wilayah Aceh periode 2021- 2026.

“SK tersebut ditandangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Majelis Pengurus Pusat (MPP) Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yaitu Prof Arif Satria dan Dr Andi Yuliani Paris, MSc," ujar Ketua ICMI Aceh, Taqwaddin di Sekretariat ICMI Komplek Bapperis Banda Aceh, Selasa (14/05/2024).

Taqwaddin menambahkan, pada tanggal 26 April lalu ICMI mengadakan rapat internal dalam rangka mempecepat gerak dan memperkuat eksistensi organisasi cendekiawan tersebut.

"Dalam pertemuan tersebut saya menjelaskan bahwa tolak ukur cendekiawan itu bukan hanya mereka yang memiliki ijazah doktor dan professor, tapi siapa saja yang memiliki kapasitas dan kualitas kepribadian, terlebih lagi kepedulian terhadap sesama," kata Taqwaddin.

Menurut Taqwaddin, setiap orang yang memiliki kapasitas intelektualitas yang diakui publik dan peduli pada masyarakatnya, itu sudah memenuhi prinsip kecendekiawanan. 

"Jadi bagi saya, tolak ukur cendekia bukan pada kertas ijazah, tetapi lebih pada kapasitas intelektualitas," terang Taqwaddin.

Taqwaddin mengumpamakan, Buya Hamka misalnya, tidak memiliki kertas ijazah sarjana, tetapi diakui sebagai ulama dan cendekiawan. 

"Begitu juga dengan Soedjatmoko, Rektor Universitas Bangsa-bangsa di Tokyo Jepang dulu juga bukan sarjana, tetapi kedua mereka mendapat anugerah profesor doktor dari perguruan tinggi ternama dunia karena karya-karya mereka," kata Taqwaddin. 

Di Aceh, tambah Taqwaddin, Nab Bahany dan Yarmen misalnya, memiliki kualitas akademik dan keahlian yang diakui publik di Aceh. 

"Pak Nab, budayawan ini memiliki  kontribusi pemikiran begitu banyak melalui berbagai tulisan beliau yang memukau dan mencerahkan. Begitu juga dengan Pak Yarmen yang memiliki keahlian Ilmu Bahasa Indonesia yang sangat mumpuni. Keduanya saya usulkan menjadi Pengurus ICMI Aceh," kata Taqwaddin.

Taqwaddin menjelaskan ICMI Aceh sekarang bukan hanya kumpulan akademisi dan birokrasi. 

"Tetapi juga banyak kami usulkan dari kalangan professional. Ada juga dari kalangan politisi DPR RI dan DPRA seperti Nasir Jamil, Muslim Ayub, Irawan Abdullah dan ada beberapa orang lagi lainnya," jelas Taqwaddin.

Bahkan, Kata Taqwaddin, dari kalangan pengusaha juga diajak bergabung untuk memperkuat ICMI Aceh, antara lain Ismail Rasyid, Sayid Salim, Azhar Idris, Zaki  Jafaruddin Husin dan lain-lain.

Bagi Taqwaddin, tak masalah banyak orang yang terlibat menjadi pengurus dalam suatu organisasi kemasyarakatan.

"Dan ini tentu memudahkan organisasi untuk menggalang kontribusi, baik kontribusi pemikiran maupun kontribusi finansial untuk menindaklanjuti program-program kegiatan yang disepakati," pungkas Taqwaddin.

icmi icmiaceh beritaterkini