Ketua GP Ansor Sebut Gus Miftah sebagai Aset Bangsa, Menuai Pro dan Kontra
Kita harus tegak lurus dengan prinsip kemanusiaan dan membela yang lemah. Siapapun, termasuk Gus Miftah

Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Addin Jauharudin
PINTOE.CO - Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Addin Jauharudin, menjadi sorotan usai menyebut pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman, atau Gus Miftah, sebagai aset bangsa.
Pernyataan itu disampaikan di tengah kritik publik terhadap Gus Miftah, yang dituding menghina seorang penjual es teh bernama Sunhaji saat berceramah.
Addin menyatakan bahwa polemik antara Gus Miftah dan Sunhaji sudah selesai karena keduanya telah saling bermaafan.
"Itu hanya guyon. Gus Miftah adalah tokoh yang suka bercanda, dan keduanya sudah bertemu serta saling memaafkan. Polemik ini tidak perlu diperpanjang," kata Addin, pada Sabtu, 7 Desember 2024.
Namun, pandangan Addin menuai kritik dari Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU, Rahmat Hidayat Pulungan.
Rahmat menegaskan pentingnya membela pihak yang lemah dan konsisten pada nilai-nilai kebenaran.
"Kita harus tegak lurus dengan prinsip kemanusiaan dan membela yang lemah. Siapapun, termasuk Gus Miftah sebagai pejabat publik, harus bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan," ujar Rahmat.
Siapa sebenarnya sosok Addin Jauharudin?
Addin Jauharudin adalah kader GP Ansor kelahiran Cirebon, Jawa Barat. Ia terpilih sebagai Ketua Umum GP Ansor pada Kongres XVI GP Ansor yang digelar di atas Kapal Pelni KM Kelud, 2 Februari 2024.
Sebelumnya, ia menjabat sebagai Bendahara Umum GP Ansor pada 2016-2021.
Karier Addin dimulai dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pada 2011-2013. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua PB PMII (2008-2010), Sekretaris Jenderal KNPI, dan menjadi komisaris di sejumlah BUMN, termasuk PT Waskita Karya, PT Pos Indonesia, dan PT Garam.
Addin dikenal sebagai inisiator kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada September 2024. Ia memimpin organisasi kepemudaan lintas agama Indonesia bertemu Paus di Vatikan, 21 Agustus 2024. Pertemuan itu menghasilkan Deklarasi Jakarta-Vatikan, yang langsung ditandatangani Paus tanpa membaca detailnya.
"Ini sejarah, pertama kalinya pemuda lintas agama dari satu negara bertemu Paus di Vatikan. Respons beliau sangat luar biasa," kata Addin dalam wawancara dengan Tribunnews, Agustus lalu.
Addin menilai kunjungan Paus Fransiskus sebagai momen bersejarah untuk mempererat dialog antaragama di Indonesia.[]