Perpusnas dan Badan Bahasa Gelar Pameran 100 Tahun Sastrawan AA Navis
Ali Akbar Navis atau AA Navis merupakan sastrawan Indonesia terkemuka kelahiran Padang Panjang, Sumatra Barat, pada 17 November 1924 dan meninggal pada 22 Maret 2003.

AA Navis (aanavis.com)
PINTOE.CO - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI bekerja sama dengan Badan Bahasa menggelar pameran peringatan 100 Tahun AA Navis.
Ali Akbar Navis atau AA Navis merupakan sastrawan Indonesia terkemuka kelahiran Padang Panjang, Sumatra Barat, pada 17 November 1924 dan meninggal pada 22 Maret 2003.
Pameran yang digelar di lantai 4 Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, ini merupakan puncak dari rangkaian perayaan 100 tahun AA Navis yang dimulai sejak Mei 2024 di seluruh Indonesia.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas RI Adin Bondar menyebut Peringatan 100 Tahun AA Navis merupakan bagian ikhtiar kolektif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penyebaran informasi untuk kemajuan bangsa.
“Sastrawan AA Navis memang dipandang sebagai salah satu tokoh terkemuka, tidak hanya di kancah nasional, tetapi juga internasional. Itu dibuktikan dengan beberapa penghargaan yang diterimanya,” kata Adin pada Senin, 18 November 2024.
Navis, terangnya, dijuluki sastrawan pencemooh nomor wahid dan sastrawan satiris ulung. Julukan itu tidak terlepas dari pemikiran-pemikirannya yang kritis dalam karyanya dan dianggap masih relevan hingga kini.
Sebut saja karyanya yang paling tersohor yakni cerita pendek (cerpen) Robohnya Surau Kami yang menyoroti sikap orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri. “Karya ini mengingatkan kita kembali bahwa perlu adanya satu kohesivitas sosial,” ujar Adin seperti dikutip dari Media Indonesia.
“Masih banyak karya-karya Navis yang spektakular yang memang masih relevan dengan kondisi sosial politik saat ini, termasuk kemanusiaan dan agama. Ini perlu kita publikasi dan internalisasi,” imbuhnya.
Melalui pameran yang dilaksanakan mulai 18-28 November, Adin berharap warisan imajinatif, kreativitas berpikir, dan gagasan AA Navis dapat disebarluaskan khususnya kepada generasi muda.
Adin mengatakan sejak Maret 2024 Perpusnas telah mengirimkan surat ke seluruh dinas perpustakaan provinsi dan kabupaten/kota perihal dukungan Peringatan 100 Tahun AA Navis. Arahannya agar kepala dinas perpustakaan provinsi dan kabupaten/kota dapat mendukung peringatan 100 Tahun AA Navis melalui pameran temporer Pojok AA Navis, hingga kegiatan publik yang berkaitan dengan karya-karyanya, seperti diskusi dan bedah buku.
Kegiatan yang didukung oleh Unesco ini juga dirayakan secara internasional, antara lain di Prancis pada 13-14 November 2024. Sebelumnya peringatan 100 tahun AA Navis ditetapkan sebagai perayaan internasional oleh Unesco pada Sidang Umum UNESCO ke-42 pada November 2023 lalu.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Ganjar Harimansyah mengatakan peringatan tersebut juga dirayakan di 30 balai dan kantor bahasa. Misalnya dengan lomba menulis esai, puisi, dan cerpen, lomba membaca puisi, semina, hingga penerbitan antologi puisi, cerpen, dan esai tentang AA Navis.
Menurutnya, karya-karya AA Navis tidak saja memperkaya khazanah sastra itu sendiri tetapi juga menyumbangkan pemikiran-pemikiran hebat. AA Navis juga dengan apik menggambarkan kehidupan sosial masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan.
Kurator pameran Dhianita Kusuma Pertiwi menyebut pameran yang terbuka untuk publik ini juga akan melibatkan sekolah-sekolah untuk hadir. Mereka akan diajak mengenal sosok dan karya AA Navis. “Juga mencari tahu dalam karya-karya AA Navis ini pemikirannya seperti apa,” kata dia.
Di ruang pameran itu, pengunjung bisa menelusuri lini masa kehidupan AA Navis, sejak dia lahir, menelurkan karya-karya besar, hingga meninggal.
Pameran juga tidak hanya menampilkan karya sastra atau fiksi dari AA Navis, tapi juga karya-karya nonfiksi. “Karena sebenarnya AA Navis juga banyak menulis artikel di surat kabar, di mana kemudian kita bisa mencari juga pengetahuan dari sana, pola pikir dia tentang pendidikan, politik, budaya, banyak yang bisa digali,” tutur Dhianita.
Ada juga arsip-arsip lama, antara lain terbitan pertama karya AA Navis. Selain itu, pengunjung bisa melakukan tur kuratorial. Dalam hal ini, pengunjung bisa didampingi dan mendapat penjelasan dari petugas.
Di salah satu sudut juga tersdia panggung kecil untuk pengunjung yang ingin membaca puisi, cerpen, atau monolog.[]