Rumah sakit yang dibangun secara asal-asalan tak cocok dengan Aceh sebagai daerah rawan gempa.

Jurnalis Beberkan Hasil Investigasi Masalah Pembangunan Rumah Sakit Regional di Aceh

Diskusi hasil investigasi dugaan korupsi dalam pembangunan rumah sakit regional di Aceh | Foto: Pintoe.co

PINTOE.CO – Klub Jurnalis Investigasi (KJI) Aceh menelusuri dugaan praktik korupsi dalam pembangunan jembatan di Bireuen dan Rumah Sakit Regional Cut Nyak Dhien di Aceh Barat. 

Investigasi ini berhasil mengungkap beberapa persoalan. Bekerja sama dengan MaTA dan ICW, KJI Aceh membeberkan hasil investigasinya dalam diskusi publik yang diselenggarakan di Banda Aceh pada Jumat, 27 September 2024.

Fitri Juliana dari KJI Aceh mengungkapkan, pembangunan rumah-rumah sakit regional di Aceh sungguh sarat masalah. Berdasarkan investigasi, timnya menemukan persoalan kelebihan bayar, buruknya kualitas konstruksi, dan penyelesaian pembangunan yang tak sesuai target.

Persoalan konstruksi rumah sakit yang dibangun tak sesuai standar bisa diketahui berkat penyelidikan langsung ke sisi dalam bangunan. “Depannya memang bagus, tapi dalamnya bermasalah. Plafon sudah ada yang jatuh. Besi-besi sudah berkarat,” ungkap Fitri.

Rumah Sakit Regional Meulaboh semestinya sudah bisa digunakan tahun ini untuk melayani masyarakat. Namun, pembangunannya masih terhambat. 

Bukan hanya di Meulaboh, Fitri juga memaparkan apa yang terjadi terhadap Rumah Sakit Regional Takengon, Aceh Tengah. Rumah sakit ini mulai dibangun pada 2012 silam. Namun, belum sempat diselesaikan serta difungsikan, bangunan rumah sakit roboh pada November 2022.

Fitri menengarai, biang kerok problem buruknya pembangunan rumah-rumah sakit regional di Aceh ialah perusahaan pemenang tendernya. Ia menyebut ada perusahaan yang pernah masuk catatan hitam karena gagal menyelesaikan proyek pembangunan infrastruktur dengan baik. Namun, perusahaan ini tetap ditunjuk pemerintah daerah untuk mengerjakan proyek pembangunan terbaru. 

“Pemerintah daerah di Aceh tidak menjadikan riwayat buruk perusahaan sebagai pertimbangan dalam penentuan pemenang tender,” keluh Fitri.

Sementara itu, Koordinator Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA) Alfian mendesak dilakukannya audit menyeluruh terhadap pembangunan tersebut. Audit itu, kata Alfian, mesti mencakup dua hal. Pertama, audit kualitas konstruksi bangunan. Kedua, audit penggunaan anggaran.

“Konstruksi rumah sakit tidak boleh main-main. Bayangkan misalnya rumah sakit runtuh ketika sudah difungsikan dan ada pasien di dalamnya,” ujar Alfian.

Alfian juga membeberkan masalah kualitas fondasi rumah sakit regional yang ditemukan oleh kegiatan investigasi tersebut. 

“Kalau fondasi saja kurang berkualitas, bagaimana bagian bangunan yang lebih tinggi lagi?” ia mempertanyakan, seraya mencontohkan robohnya plafon bangunan sekolah yang terjadi baru-baru ini, yang menewaskan seorang siswa.

Menurut Alfian, rumah sakit yang dibangun secara asal-asalan juga tak cocok dengan daerah rawan gempa. Oleh karenanya, korupsi dalam pembangunan rumah sakit di Aceh bisa menjadi awal mula terciptanya petaka lain di kemudian hari.

Acara diskusi ini juga dihadiri oleh dua jurnalis senior di Aceh: Adi Warsidi dan Juli Amin. Keduanya memaparkan tantangan kerja investigasi oleh jurnalis pada masa sekarang.

“Investigasi tidak menjadi fokus media mainstream, terutama media online. Media online tidak tertarik dengan investigasi karena tidak clickbait,” ujar Adi Warsidi. Situasi ini membuat media mengabaikan penyelidikan yang mendalam atas kasus korupsi yang mulai terungkap, apalagi yang belum terungkap.

Selain itu, problemnya ialah investigasi merupakan cara menghasilkan laporan yang mahal. “Kita harus turun ke daerah sehingga biayanya mahal,” ia menjelaskan.

Akan tetapi, persoalan ini bisa diatasi dengan cara kolaborasi antarpihak. Media bisa bekerja sama dengan LSM untuk melakukan investigasi. Contohnya seperti yang dilakukan ICW, MaTA, dan KJI Aceh yang beranggotakan para jurnalis lintas media.

Tak jauh berbeda, mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh Juli Amin juga menjelaskan bahwa investigasi memang praktik yang susah. “Tidak semua jurnalis bisa melakukannya, terutama untuk menembus akses ke narasumber,” kata Juli Amin.

Namun, kata Amin, ada banyak keuntungan yang diperoleh media setelah menyelesaikan investigasi. Di samping berhasil mengantongi informasi atau fakta paling lengkap, investigasi juga akan membuat media memiliki jaringan baru.[]

korupsi di aceh pembangunan rumah sakit regional aceh klub jurnalis investigasi aceh