Indonesia Berkali-kali Diguncang Gempa Bumi Selama Bulan September
Rangkaian gempa yang terjadi sepanjang bulan September di Indonesia berasal dari sistem sesar dan mekanisme yang berbeda, atau dengan kata lain gempa-gempa tersebut tidak saling terkait.
Ilustrasi (Detikcom)
Gempa bumi terus mengguncang beberapa wilayah di Indonesia selama satu bulan ini. Pada pertengahan September, gempa magnitudo 5,0 terjadi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/9) silam. Sehari berselang, Gempa juga terjadi di Morotai, Maluku Utara dengan magnitudo 5,6.
Tiga hari kemudian, Sabtu (21/9), Kabupaten Gianyar, Bali, juga dilanda gempa dengan kekuatan 4,8 magnitudo yang dipicu oleh aktivitas sesar daratan di wilayah tersebut. Berlanjut ke Kalimantan Barat, Minggu (22/9), Kabupaten Sanggau juga tidak luput dari gempa bumi dengan kekuatan 4,4 magnitude. Gempa terbaru terjadi pada hari ini Selasa (24/) di Gorontalo dengan kekuatan 6,4.
Dilansir dari DetikEdu, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam pernyataan resminya telah menyatakan bahwa gempa yang terjadi di Kabupaten Bandung akibat dari patahan atau sesar Kertasari. Sesar Kertasari ini merupakan sesar baru yang berjarak 6,61 km ke arah Barat dan sejajar dengan arah umum sesar Garsela.
Pakar Geologi UGM, Ir. Gayatri Indah Marliyani menuturkan jika rangkaian gempa yang terjadi sepanjang bulan September di Indonesia berasal dari sistem sesar dan mekanisme yang berbeda, atau dengan kata lain gempa-gempa tersebut tidak saling terkait.
Perlu disadari bahwa Indonesia berada pada wilayah tektonik yang aktif dan berada pada pertemuan banyak lempeng bumi sehingga kejadian gempa di hampir seluruh wilayah Indonesia umum dijumpai.
"Sumber gempa ada yg berada di zona subduksi di laut, dan ada yang berasal dari sesar aktif di darat. Kejadian gempa di kedua zona ini tidak saling mempengaruhi," jelasnya dalam laman UGM, dikutip Selasa (24/9/2024).
Gayatri mengungkap keberadaan sesar aktif sulit dipetakan karena kondisi wilayah Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi sehingga tingkat erosi dan pelapukan batuan juga tinggi. Hal ini menyebabkan bukti-bukti keberadaan sesar aktif di permukaan menjadi sulit ditemui.
Menurutnya, gempa dengan magnitudo besar maupun kecil bisa menjadi petunjuk keberadaan sesar aktif dan pemetaan yang lebih terperinci. Penelitian mengenai identifikasi sesar aktif harus terus dilakukan dan didukung oleh semua pihak.
"Untuk sesar yang sudah teridentifikasi, potensi dampak yang timbul harus dipetakan dengan baik sehingga area terdampak bisa mempersiapkan diri. Masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi sesar aktif juga harus meningkatkan kewaspadaan," tuturnya.
Meskipun dihimpit oleh banyak sesar aktif daratan dan zona megathrust, Gayatri mengimbau masyarakat untuk tidak panik. Dia menekankan bahwa setiap pihak penting untuk memperhatikan edukasi dalam beradaptasi dan memitigasi dampak dari bencana gempa.
Langkah awal yang bisa dilakukan adalah selalu waspada dengan mengetahui ancaman gempa yang mungkin terjadi. Gayatri juga meminta agar masyarakat melakukan perencanaan di berbagai level hingga ke lingkungan keluarga.
"Melakukan persiapan pribadi tentunya, jadi kita sudah paham, kalau terjadi gempa apa yang harus kita lakukan. Minimal kita sudah siap tas siaga bencana," ujarnya.
Gayatri menekankan agar pemerintah dan para pemangku kepentingan agar tetap konsisten memberikan edukasi kebencanaan.
"Edukasi ini bertujuan untuk menjaga kesiapsiagaan masyarakat tanpa menimbulkan ketakutan yang berlebihan," tutupnya.[]