Tu Sop Gagal Jadi Cawagub Mualem, Elemen Sipil Khawatir
Elemen sipil yang mendaftarkan Tu Sup sebagai kandidat pendamping Mualem di Pilkada 2024 memberikan sejumlah catatan setelah Tu Sop dipastikan tersingkir dari daftar calon.

Elemen sipil Aceh saat daftarkan Tu Sop ke Partai Aceh sebagai pendamping Muzakir Manaf, 10 Juni 2024 | Foto: Pintoe.co/Haris
PINTOE.CO - Pencoretan nama Teungku Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop dari daftar kandidat calon wakil gubernur untuk mendampingi Ketua Umum Partai Aceh Muzakir Manaf (Mualem) yang maju dalam Pilkada 2024 mengundang reaksi dari elemen sipil yang sebelumnya mendaftarkan Tu Sop ke Partai Aceh untuk diusung sebagai calon wakil Mualem.
"Keputusan Tim Seleksi Pilkada Partai Aceh yang mengeleminasi beberapa tokoh potensial sebagai calon wakil gubernur mendampingi Mualem bagi kami mengundang kekhawatiran. Kami khawatir langkah ini dapat menimbulkan persepsi bahwa Tim Pansel Partai Aceh tidak sepenuhnya mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi rakyat Aceh," kata Verri Al-Buchari selaku perwakilan elemen sipil yang mendaftarkan Tu Sup sebagai kandidat pendamping Mualem, dalam pernyataan tertulis yang diterima Pintoe.co, Kamis, 1 Agustus 2024.
Verry menambahkan, pihaknya menghargai hak hak prerogatif partai politik dalam menentukan keputusan. Namun, Verry memberikan sejumlah catatan.
"Pertama, kami tegaskan bahwa Tu Sop tidak pernah mendaftar sebagai calon melalui Partai Aceh. Yang terjadi adalah bahwa kami sebagai elemen sipil, mengusulkan nama Tu Sop untuk dipertimbangkan sebagai calon Wakil Gubernur mendampingi Mualem," kata Verry.
Itu sebabnya, kata Verry, tidak ada penilaian lulus/tidak lulus atau memenuhi syarat/tidak memenuhi syarat terhadap Tu Sop, karena ia tidak pernah resmi mendaftar.
"Sangat tidak tepat jika ada penilaian mengenai kelulusan seseorang yang tidak pernah mendaftar," ujarnya.
Verry menambahkan, sebelumnya pihaknya berharap Partai Aceh sebagai partai yang mengklaim modernitas, akan membuka kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pencalonan.
Pada prinsipnya, kata dia, demokrasi menuntut agar keputusan terkait calon Gubernur atau Wakil Gubernur melibatkan partisipasi masyarakat sebagai pemilik suara.
"Oleh karena itu, kami mengharapkan Partai Aceh tidak hanya mempertimbangkan calon-calon yang mendaftar secara resmi, tetapi juga memberikan ruang bagi usulan masyarakat," ujarnya.
Verry menambahkan, pihaknya khawatir Tim Pansel dari Partai Aceh terlalu tergesa-gesa dalam pengambilan keputusan. Sebab, kata Verry, setahunya pengambil keputusan di Partai Aceh adalah Wali Nanggroe dan Mualem, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan mengutamakan kepentingan rakyat Aceh.
“Jika Mualem memilih Tu Sop sebagai pendampingnya, maka hal itu perlu dipertimbangkan secara serius oleh Partai Aceh,” ujarnya.
Verry mengingatkan, Tu Sop yang mereka daftarkan pada 10 Juni 2024 lalu merupakan representasi keinginan masyarakat, bukan sekadar keinginan individual. Selera masyarakat, kata Verry, tidak selalu sejalan dengan penilaian tim Pansel.
“Karena itu, seharusnya Tim Pansel dapat memberikan kesempatan kepada semua bakal calon yang mendaftar. Semakin banyak tokoh yang diuji, semakin banyak pula ide dan program inovatif yang dapat dihasilkan untuk kepentingan rakyat Aceh,” ujarnya.
Dengan digugurkannya empat tokoh potensial, Verry mengatakan pihaknya khawatir akan berkurangnya ide-ide konstruktif dan rencana pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Kami merasa bahwa Tim Pansel perlu mempertimbangkan kembali pendekatannya dan lebih terbuka dalam proses seleksi. Sikap yang lebih fleksibel dan inklusif akan memberikan ruang bagi berbagai perspektif dan ide yang dapat memperkaya rencana pembangunan Aceh ke depan,” ujarnya.
Saat dikonfirmasi ulang apakah terganjalnya proses kelengkapi administrasi Tu Sop terkait biaya pendaftaran Rp50 juta yang ditetapkan Partai Aceh, Verry mengatakan,”mungkin itu termasuk salah satunya.”
Sebagai informasi, Tim Seleksi Partai Aceh menetapkan biaya pendaftaran Rp50 juta bagi siapa saja yang ingin mendaftar sebagai calon pendamping Mualem di Pilkada mendatang.
Verry mengatakan, pihaknya diberitahu tim seleksi Partai Aceh bahwa uang Rp50 juta itu sebagai bentuk partisipasi kandidat untuk biaya survei yang biayanya mencapai ratusan juta.
Sebelumnya, Ketua Panitia Seleksi Pilkada Partai Aceh Nurlis Effendi menjelaskan alasan empat calon wakil gubernur gagal mendampingi Muzakir Manaf alias Mualem dalam Pilkada 2024.
Keempat calon tersebut adalah Ketua Partai Gerindra Aceh, Fadhlullah atau Dek Fad, Ketua Golkar Aceh, T. M Nurlif, Ketua PAN Aceh, Mawardi Ali, dan Ketua Huda Tgk Muhammad Yusuf bin Abdul Wahab alias Tu Sop Jeunieb.
Menurut Nurlis, mereka gagal melengkapi berkas administrasi yang diminta.
"Keempat calon tersebut tidak melanjutkan proses pendaftaran karena tidak memperbaiki kekurangan berkas administrasi," kata Nurlis Effendi, saat dihubungi Pintoe.co pada Senin, 29 Juli 2024.
Dari delapan nama yang mendaftar sebelumnya, hanya empat orang yang melanjutkan seleksi, yaitu Sekjen Partai Aceh Kamarudin Abu Bakar alias Abu Razak, Ketua Demokrat Aceh Muslim, Akademisi Mufakir Muhammad, dan Akademisi Profesor Adjunct Marniati.
Nurlis menambahkan, tim seleksi akan segera melakukan survei terhadap empat calon yang tersisa setelah mereka memaparkan visi dan misi di hadapan tim uji kelayakan dan kepatutan Partai Aceh.
"Hasil seleksi ini akan digunakan untuk menentukan pendamping Mualem, tergantung keputusan DPP. Kami akan mengikuti arahan yang diberikan," ujarnya.
Indikasi proses pendaftaran Tu Sop ke Partai Aceh tidak memenuhi persyaratan partai sebenarnya sudah diungkap oleh Juru Bicara Partai Aceh, Nurzahri, pada hari pendaftaran 10 Juni lalu. Saat itu, Nurzahri mengatakan pendaftaran Tu Sop oleh elemen sipil belum sah secara prosedur karena ketidakhadiran kandidat yang diusung. Selain itu, berkas formulir juga harus ditandatangani langsung oleh kandidat.
"Kami melihat sisi positif ternyata apa yang kami lakukan di Partai Aceh ini mendapat respon yang luar biasa dari publik ternyata elemen sipil yang selama ini mungkin agak sedikit alergi dengan politik juga ternyata mereka mau terlibat dalam proses ini," kata Nurzahri.[]
Baca juga:
Elemen Sipil Daftarkan Tu Sop Jadi Cawagub Mualem, Jubir PA: Belum Sah
Tu Sop Tersingkir dari Cawagub Mualem, Masyarakat Aceh di Malaysia Nyatakan Sikap