Menteri Israel Ancam Keluar dari Kabinet Netanyahu Jika Gencatan Senjata Gaza Disetujui
Menurut Itamar Ben-Gvir kesepakatan tersebut sebagai bentuk penyerahan diri yang berbahaya kepada Hamas.
Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, memberikan pernyataan kepada media di lokasi serangan di Beersheba, Israel selatan (6/10/2024) I Foto: REUTERS/Amir Cohen
PINTOE.CO - Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, mengancam akan mundur dari pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu jika kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera yang tengah dibahas dalam negosiasi di Qatar disepakati.
Ben-Gvir meminta Menteri Keuangan, Bezalel Smotrich, ikut menolak kesepakatan gencatan senjata itu. Menurutnya kesepakatan tersebut sebagai bentuk penyerahan diri yang berbahaya kepada Hamas.
“Langkah ini adalah satu-satunya cara untuk mencegah eksekusi kesepakatan tersebut dan memastikan Israel tidak tunduk kepada Hamas setelah lebih dari setahun perang berdarah, di mana lebih dari 400 tentara IDF gugur di Jalur Gaza,” ujar Ben-Gvir melalui platform X seperti dilaporkan Reuters.
Smotrich menyatakan penolakannya terhadap kesepakatan tersebut pada Senin, 13 Januari 2025, tetapi dia tidak mengancam akan meninggalkan koalisi Netanyahu.
Sebagian besar menteri diperkirakan mendukung gencatan senjata bertahap yang mengatur penghentian pertempuran dan pembebasan sandera.
Ben-Gvir menyuarakan pendapat yang sama dengan Smotrich yang menolak gencatan senjata. Smotrich menegaskan Israel harus melanjutkan operasi di Gaza hingga Hamas menyerah total.
Berdasarkan perhitungan Israel, serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 telah merenggut sekitar 1.200 nyawa, dengan lebih dari 250 orang lainnya disandera.
Sejak itu, lebih dari 46.000 orang tewas di Gaza, menurut data pejabat kesehatan Palestina. Sebagian besar wilayah tersebut hancur dan sebagian besar penduduknya telah mengungsi.
Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir telah memediasi kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan dipekirakan akan dapat segera tercapai, kata para pejabat.
Beberapa keluarga sandera menentang kesepakatan itu karena khawatir hanya sebagian dari 98 sandera yang tersisa yang akan dibebaskan, sementara yang lainnya akan ditinggal.
Sementara itu, survei berturut-turut menunjukkan adanya dukungan luas di kalangan masyarakat Israel untuk kesepakatan semacam itu.[]
Editor: Lia Dali