Tren Baru Kejahatan Otomotif: Maling Lebih Tertarik Incar Lampu Depan Mobil Mewah
Pihak kepolisian menyebutkan adanya peningkatan pencurian lampu depan mobil-mobil mewah.
Lampu depan sedan Rolls Royce Ghost Black Badge (car-revs-daily.com)
PINTOE.CO - Maling mobil kini mulai punya perilaku baru. Alih-alih mencuri mobil mewah, mereka sekarang lebih tertarik mengincar lampu depan mobil tersebut.
Dilansir dari Carscoops, alasan maling mobil mewah malah mengincar lampu depan adalah karena mereka mulai menyadari betapa mahalnya harga lampu depan. Di samping itu, mencuri lampu depan tak serepot seperti mencuri mobilnya.
Saat ini mobil-mobil mewah seperti Rolls-Royce, Bentley, Mercedes-Benz, hingga BMW telah dilengkapi dengan lampu depan yang sangat canggih dan mewah. Saking canggih dan mewahnya, harga lampu depan tersebut sangat mahal.
"Menjual lampu mobil di pasar gelap jauh lebih mudah ketimbang menjual mobil yang telah mereka curi. Harga lampu bahkan cukup menggiurkan untuk dicuri," tulis Carscoops.
Contohnya, lampu depan BMW Seri 4 yang dijual US$ 3.000 atau setara Rp 45,18 juta. Begitu juga lampu depan Audi Q7 yang sudah dilengkapi dengan teknkologi laser dan matriks LED. Harganya mencapai US$ 4.300 atau sekitar Rp 64,7 juta.
Harga lampu depan akan semakin mahal mengikuti mereknya. Lampu depan mobil-mobil supermewah seperti Rolls-Royce dan Bentlet bisa tembus ratusan juta rupiah.
"Harganya cukup setara dengan risiko ketahuan yang minimal," terang Carscoops.
Tren pencurian lampu depan sudah terjadi di Inggris. Pihak kepolisian Inggris menyebutkan adanya peningkatan pencurian lampu depan mobil-mobil mewah di wilayah hukum mereka.
Berdasarkan data Office of National Statisticss Inggris, terjadi peningkatan pencurian lampu depan mobil mewah sebesar 2% sepanjang April 2023 hingga Maret 2024. Angka pencurian yang semula mencapai 52.268 meningkat menjadi 53.369.
"Modus pencurian ini mirip dengan pencurian catalytic converter yang sebelumnya sangat mengkhawatirkan. Ini adalah tren kejahatan otomotif yang meresahkan," ujar Philip Swift, Technical Director dari Claims Management & Adjusting (CMA) Inggris, seperti dikutip dari Berita Satu pada Senin, 30 September 2024.[]